Saudaraku… saya tidak ingin mengguruimu karena saya tahu anda jauh lebih ahli dalam bidang yang anda geluti puluhan tahun daripada saya.

 

Saudaraku… saya tahu, saya hanyalah butiran debu yang beterbangan dan menempel di tembok atau jendela kaca gedung pencakar langit.

 

Namun… izinkanlah sejenak, menengok butiran debu ini untuk sejenak mengetahui apa yang dibawanya.

 

Jika anda mengatakan sebuah penyakit tidak ada obatnya

Ya, itu menurut ilmu yang kamu pelajari, lalu bagaimana petunjuk nabi untuk memahami sebuah penyakit?

 

Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Pada setiap penyakit ada obatnya. Jika obat sudah mengenai penyakit maka terlepaslah penyakit itu dengan izin Allah

(Shahih Muslim, no. 2204)

 

Apakah kita tidak yakin dengan hadits ini?

 

Perhatikan lafazh (لِكُلِّ). Dalam kamus Mu’jam Al Wasith, lafazh ini memberi faidah Al istighroq isim yang diidhofahkan padanya. Dalam konteks hadits itu berarti menunjukkan semua penyakit tanpa terkecuali.

 

Kemudian perhatikan bagaimana ucapan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Ma’ad atau Thibbun Nabawi,

 

في قول النبي “لكل داء دواء” تقوية لنفس المريض والطبيب وحث على طلب ذلك الدواء والتفتيش عليه

 

Pada sabda nabi shalallahu’alaihi wa sallam “setiap penyakit ada obatnya” terdapat penguatan bagi jiwa orang yang sakit dan tabibnya, dan ada dorongan mencari obat dan melakukan penelitian mendalam.

 

Mungkin anda akan berkata,

 

Meneliti… ini butuh duit yang besar dan banyak, kita ndak punya teknologinya, ndak punya alatnya dst.

La Haulaa wa laa Quwwata illaa billah…

 

Dimana semangat juang Kholid bin Walid dan pasukannya yang hanya berbekal kuda perang, alat perang sederhana melawan pasukan perang Romawi terlatih dan peralatan perang canggih?

 

Dimana semangat juang Al Barra’ bin Malik yang berkulit hitam bertubuh kurus yang berhasil masuk ke benteng Musailamah Al Kadzzab dengan dilempar dan berhasil masuk kedalam benteng dengan membuka gerbang benteng dari dalam yang mengakibatkan kaum muslimin mampu menghancurkan nabi palsu?

 

Tidak adakah di antara para ahli muslim yang berjuang meneliti sendiri membebaskan diri dari pengaruh global yang mayoritas memusuhi muslim untuk berjuang meneliti dan menemukan obatnya?

 

Dimana itu habbatussauda yang kita yakini obat segala penyakit? Dimana itu Zam Zam yang ketika meminum tergantung dari niat peminumnya? Dimana itu ribuan petunjuk nabi kita tentang pengobatan? Bukankah tidak mungkin Allah tidak menurunkan obat suatu penyakit dialaminya yang sangat luas dan kaya ini?

 

Terkadang butiran debu ini menitikkan air mata, tatkala ada yang memiliki semangat juang meneliti sendiri namun dilemahkan. Tatkala ada yang bangkit berjuang untuk memunculkan Thibbun Nabawi sebagai solusi kemudian ditenggelamkan.

 

Dimanakah semangat juang kita yang terinspirasi dengan Al Qur’an dan hadits-hadits nabi?

 

Coba anda renungkan ketika anda hidup saat sains ketika belum bisa membuktikan bahwa hadits lalat yang dicelup air adalah benar.

 

Apakah anda akan membela sains dan mengatakan hadits itu dho’if atau pemahamannya tidak seperti itu karena tidak mungkin Islam yang benar menyalahi sains dan kedokteran?

 

Ataukah sebaliknya, anda bangkit kemudian mengobarkan semangat juang.

 

Aku akan buktikan pada dunia, bahwa hadits lalat benar dan bisa dibuktikan secara sains dan kedokteran kemudian anda dedikasikan hidup anda tuk berjuang untuk membuktikan dan membela hadits nabi di bidang sains.

Saya berharap dan berdoa… semoga anda menjadi sosok orang yang kedua.

 

Semoga bermanfaat

 

(Fawaid Abu Ahmad Ricki al-Malanjiy)

 

Ingin mendapatkan faidah harian seperti ini, yuk gabung di grup info Kuttab Rumah Qur’an

 

https://chat.whatsapp.com/K4dODXojzlF5sisFKCq1Aq

Print Friendly, PDF & Email