Saudaraku… Apakah kamu mencintai istrimu? Ku harap anda mengatakan iya.

 

Lalu… Apakah kamu mencintai anak-anakmu? Ku harap anda mengatakan iya.

 

Namun ketika kita tanya pada diri sendiri, apa bukti cintaku pada istri dan anak-anakku, kita akan mengevaluasi perbuatan-perbuatan kita yang menunjukkan kita benar-benar mencintai keluarga kita.

 

Iya, cinta itu butuh bukti. Cinta itu memiliki tanda yang jelas terlihat dalam perbuatan-perbuatan kita.

 

Nah… Apakah anda mencintai Allah? Apa buktinya kalau anda mencintai Allah?

 

Tahukah anda dalam ibadah akan sangat terlihat besarnya kecintaan kepada Allah.

 

Syaikhunaa Wahid bin Abdussalam Bali hafizhahullah, menjelaskan beberapa definisi ibadah menurut para ulama sebagai berikut,

 

العبادة هي الطاعة. أي الطاعة لله جل وعلا .

Ibadah itu adalah sebuah ketaatan, yaitu ketaatan kepada Allah

 

Sebagian ulama yang lain mengatakan,

 

العبادة هي الخضوع لله تبارك و تعالى .

Ibadah itu adalah perendahan diri dihadapan Allah.

 

Sebagian lagi mengatakan,

 

العبادة هي كل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأفعال الظاهرة والباطنة

Ibadah itu semua yang Allah mencintai dan meridhainya baik ucapan maupun perbuatan, yang dhahir ataupun batin.

 

Adapun Ibnul Qayyim mendefinisikan ibadah dengan,

العبادة منتهى الحب مع منتهى الذل

Ibadah adalah puncak sebuah kecintaan dan puncak sebuah penghinaan diri.

 

Inilah yang dipilih oleh Syaikhunaa karena lebih dekat dengan hati.

 

Apa yang Dimaksud Puncak Sebuah Kecintaan?

 

Syaikhunaa menjelaskan,

 

إنما هو حب قلبي يترجم إلى عمل بدني وسلوك وأخلاق.

Kecintaan hati yang dibuktikan dengan perbuatan badan, jalan hidup (suluk) dan akhlak.

 

Contohnya ketika ia sedang asik melakukan sesuatu termasuk bersama orang yang ia cintai, atau dengan kegiatan yang ia cintai, kemudian ia mendengar seruan…

 

الله أكبر الله أكبر، حي على الصلاة حي على الفلاح

maka ia sedang diuji dengan puncak cintanya.

 

Jika puncak cintanya kepada Allah maka ia bergegas menemui panggilan untuk ibadah kepada Allah.

 

Perintah Allah adalah yang utama dilakukan karena puncak cintanya menuntut dia untuk melakukan semua perintah yang ia cintai.

 

Larangan Allah sangat dijauhi karena puncak cintanya menuntut dia untuk menjauhu semua larangan yang ia cintai.

 

Apa yang Dimaksud Puncak Sebuah Penghinaan Diri?

 

Syaikhunaa menjelaskan,

 

والذل هو الخضوع والخشوع والاستكانة، والذل هذا يمنعك أن تفعل شيئا يغضب الله.

Penghinaan diri adalah penghormatan, khusyu’, dan ketundukan. Penghinaan diri akan menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang Allah murkai.

 

Contohnya ketika anda mendengar larangan Allah,

 

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ

 

Jika penghinaan diri anda di hadapan Allah mencapai puncaknya, tentunya anda akan malu melanggar seruan ini dengan tetap mengumbar pandanganmu.

 

Jadi… Dalam sebuah ibadah apapun, baik menjalankan perintahNya atau menjauhi laranganNya, di sana akan tampak kejujuran cinta anda kepada Allah.

 

Semoga bermanfaat

 

(Fawaid Abu Ahmad Ricki Al Malanjiy)

 

Ingin mendapatkan faidah harian seperti ini, yuk gabung di grup info Kuttab Rumah Qur’an

 

https://chat.whatsapp.com/K4dODXojzlF5sisFKCq1Aq

 

 

Print Friendly, PDF & Email