Dr. Zakir naik mengatakan,

“Al Qur’an bukanlah sebuah buku sains tetapi kitab yang berisi tanda-tanda dalam bentuk ayat-ayat. Di dalam al Qur’an terdapat lebih dari 6000 tanda. Hingga saat ini, sudah lebih dari 1000 tanda yang selaras dengan sains.”

(Miracle of al Qur’an & as Sunnah halaman 11)

Beliau juga mengatakan,

“Kita ketahui bersama bahwa sains adalah sesuatu yang terus mengalami perkembangan.”

(Miracle of al Qur’an & as Sunnah halaman 11)

Jadi, dalam teori sains hampir semua masih ada peluang diperdebatkan, karena ilmu pengetahuan itu berkembang. Berbeda dengan ilmu Allah yang menyeluruh. Ilmu kita bisa jadi saat ini kita anggap benar namun bertahun-tahun berikutnya ternyata salah karena pembuktian yang lebih baik.

Luar biasa ucapan beliau ini, memang benar al Qur’an bukan kitab teori pendidikan, bukan kitab sains, bukan kitab teknologi, dst. Tetapi, jika anda adalah seorang yang ahli di bidang anda, kemudian anda mempelajari al Qur’an dengan niat lurus, maka anda akan banyak mengambil faidah dan terinspirasi dengan al Qur’an. Hal yang serupa terjadi ketika belajar as Sunnah.

Inilah sebabnya para ilmuwan islam di zaman keemasan dulu berlomba-lomba menghafal al Qur’an dan as Sunnah sebelum mereka bergelut di bidang masing-masing. Karena penanaman aqidah yang kuat serta cinta mereka terhadap al Qur’an dan as Sunnah, maka ilmu-ilmu baru yang mereka teliti banyak yang terinspirasi dari al Qur’an.

Sejenak mari kita melihat bagaimana Abbas Ibnu Firnas berjuang menemukan cara terbang. Untuk memahami pola pikirnya, anda perlu tahu zaman dimana beliau hidup. Beliau hidup sekitar tahun 810 masehi di masa-masa meredupnya kekhalifahan Abbasiyah dan mulai meningkatnya kekhalifahan Bani Umayyah ke-2 di Cordoba Spanyol. Nah, silahkan perhatikan bagaimana pendidikan di zaman Andalusia. Ibnu Kholdun pernah menulis bagaimana sistem pendidikan dasar di Andalusia yang masih berpusat pada al Qur’an dan as Sunnah di pendidikan dasar. Pada masa itu metode kuttab adalah pendidikan dasar di berbagai negeri.

Memang ada literatur yang mengatakan bahwa Abbas Ibnu Firnas terinspirasi dengan sosok Armen Firman, namun ada literatur lain yang mengatakan Armen Firman sebenarnya nama latin Abbas Ibnu Firnas. Perjuangan dan ambisinya untuk menemukan apa yang kita sebut sekarang dengan ‘pesawat terbang’, silahkan dipelajari di internet. Berkali-kali gagal dan berkali-kali mencoba. Tidak pernah berpikir menyerah atau mengatakan biarkan orang lain saja yang menemukan, atau apalah, sampai mengatakan biarkan musuh saja yang menemukan. Musuh saat itu jelas yaitu kaum yang diperangi di perang salib.

Muncul pertanyaan mendalam, mengapa ia terinspirasi menggali penelitian dari seekor burung, bukan hewan-hewan terbang yang lain? Apakah beliau juga terinspirasi dengan Surat al Mulk ayat 19, “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”?

Namun, jika dilihat bagaimana hidup beliau di Andalusia, kemudian perkembangan sistem pendidikan dasar di Andalusia, maka bukan tidak mungkin Abbas Ibnu Firnas terinspirasi dengan Surat al Mulk ayat 19 ini.

Nah, kita menanti peneliti-peniliti kaum muslimin yang terinspirasi dengan al Qur’an dan as Sunnah seperti ini. Semoga itu adalah anda atau anak anda, atau cucu anda. Jadilah orang-orang yang mengambil bagian dari peradaban dan bukan hanya yang menonton peradaban dikendalikan oleh orang selain islam.

Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.

(Fawaid Abu Ahmad Ricki al-Malanjiy)

Ingin dapat faidah harian seperti ini? Gabung yuk di grup INFO KUTTAB RUQU!

https://chat.whatsapp.com/K4dODXojzlF5sisFKCq1Aq

Print Friendly, PDF & Email