Poin 60: Sikap yang benar kepada para sahabat Rasulullah ﷺ bagian kedua
Catatan Kajian Aqidah Pembahasan Kitab Ushul as Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal Poin 60: Sikap yang benar kepada para sahabat Rasulullah ﷺ bagian kedua Link https://www.youtube.com/live/p8gAevCt_zM?feature=shared Di antara ciri-ciri ahlul bid’ah adalah celaan mereka kepada sahabat Rasulullah ﷺ dan telah dinukil dari beberapa ulama perkataan mereka tentang kaum Syiah Rafidhah dan yang lebih dari mereka, dan yang sekarang ini dan yang sekarang berkembang di dunia adalah Syiah dari kaum Rafidah ini (itsna asyariyyah sokhowiyyah) dan mereka ini kaum yang telah disebutkan oleh para ulama sejak zaman para salaf. Munculnya atau awal kemunculan mereka adalah di masa itu. Dan menjadi salah satu fitnah terbesar di kalangan kaum muslimin dengan kemunculan mereka yang diawali salah satunya adalah oleh seorang yang bernama Abdullah bin Saba yang asalnya adalah seorang Yahudi. Dan sudah disebutkan perkataan dari Imam Syafii rahimahullaah, “Saya tidak pernah melihat ada kelompok ahlul ahwa, satu kaum yang lebih banyak melakukan persaksian palsu atau lebih palsu persaksiannya daripada kaum Rafidhah.” Dan yang sekarang berkembang di berbagai belahan dunia ini dan mereka menyusup ke berbagai negeri kaum muslimin dan juga negeri-negeri kuffar dan mereka berusaha memasukkan ajaran mereka ini dengan berbagai macam cara mereka ke dalam kaum muslimin. Syiah secara umum dan secara keseluruhan yang disebutkan para ulama, syiah yang paling ringan saat ini bisa dikatakan hampir punah termasuk kelompok yang disebut zaidiyyah yang hanya berkembang di negeri Yaman dan itu terbatas di beberapa tempat. Di ibukotanya di kota San’ah. Hanya sebatas orang-orang yang sudah sepuh dan mereka punya ciri yang sangat kentara dari pakaian dan cara sholat mereka. Dengan inilah mereka mudah dikenali. Tetapi generasi muda kaum Syiah, arah pemahaman mereka adalah pemahaman kaum Rafidhah. Dan mereka aktif dalam mengajarkan dan menyebarkan ajaran mereka. Dinukil di antaranya dari para ulama tentang berbahayanya kelompok ini apabila memasuki suatu kaum. Dalam sejarah sangat banyak kejadian yang menunjukkan pengkhianatan mereka terhadap kaum muslimin, mereka bekerja sama dengan kaum kuffar untuk menghancurkan kaum muslimin, termasuk di antaranya bekerja sama dengan Mongol. Seandainya kita bisa menyatakan kelompok munafik yang sekarang ini ada di antara kaum muslimin, maka mereka adalah contoh paling konkrit. Mereka ini yang paling pantas dan paling banyak. Mereka mengajarkan taqiyyah yang menjadi salah satu prinsip aqidah dasar mereka, bahkan mereka tidak mengakui kesyiahan seseorang hingga ia melakukan taqiyyah. Dan ini yang terjadi pada mereka hingga saat ini. Diriwayatkan dari As Sya’bi, “Wahai Malik (Malik bin Mihwal), seandainya saya mau mereka menyerahkan diri mereka sebagai seorang hamba sahaya kepadaku, atau seandainya mereka memenuhi rumahku dengan emas, supaya mereka ingin saya berdusta untuk mereka, untuk membuat hadits-hadits palsu tentang Ali, tentu mereka akan melakukannya. Akan tetapi demi Allah saya tidak akan berdusta terhadap Ali sama sekali. “Wahai Malik, sesungguhnya saya telah mempelajari seluruh kelompok ahlul bid’ah. Saya tidak melihat suatu kaum yang lebih tolol atau bodoh yang sangat, daripada Khosya’iyyah (salah satu kelompok kaum Rafidhah). Seandainya mereka itu diumpamakan sebagai binatang, maka binatang yang paling tepat menggambarkan mereka adalah keledai (keledai adalah simbol dalam bahasa Arab untuk kedunguan, kepengecutan, kelemahan, kelambanan, dan keburukan yang lain seperti suara yang jelek). Dan seandainya diumpamakan mereka itu adalah burung, maka mereka adalah rokhom (sejenis burung yang dikenal makanannya suka yang busuk-busuk, hinggapnya di sampah-sampah, comberan, bahkan kotoran manusia. Jika ada bau maka mereka akan hinggap di situ. Burung ini juga dikenal dengan sifat pengkhianatannya.) “Aku peringatkan kepadamu wahai Malik, berbagai kelompok ahlul bid’ah yang menyesatkan, dan yang paling berbahaya adalah Rafidhah, dan itu karena di antara mereka ada kaum Yahudi. Mereka itu memasuki Islam menyelam ke dalam kaum muslimin untuk menghidupkan kesesatan mereka sebagaimana Paulus bin Syaul (asalnya seorang Yahudi) dia memasuki Nasrani dan merusak agama Nasrani. (Maka Abdullah bin Saba yang masuk ke dalam tubuh kaum muslimin dan menyebarkan racunnya). Tidaklah mereka masuk ke dalam Islam itu karena keinginan atau cinta dengan Islam, bukan karena takut kepada Allah, mereka masuk Islam karena bencinya kepada Islam dan ingin mencelakakan kaum muslimin, maka Ali bin Abi Thalib membakar mereka dengan api dan mengusir mereka dan di antara mereka adalah Abdullah bin Saba, Abdullah bin Syabab, dan Abul Kurusy dan anaknya.” Demikianlah ghuluw mereka kepada Ali. Mereka siap membuat hadits-hadits palsu atas nama nabi. Riwayat ini disebutkan Ibnu Katsir dalam An Nihayah. Tanda-tanda kaum Rafidhah ini sangat kuat, terutama yang sekarang ini berkembang di Iran. Di Iran ada pusat kaum Yahudi terbesar, selain yang ada di Israel yang sesungguhnya selayaknya Israel ini kita sebut Yahudi, karena Israel ini adalah penisbatan kepada nama nabi Allah yaitu Ya’qub ‘alayhis salam. Rasulullah menyebutkan bahwa Dajjal nanti akan muncul dari bangsa Asbahan. يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَّالِسَةُ Akan mengikuti Dajjal tujuh puluh ribu Yahudi Ashbahan, mereka mengenakan jubah (HR. Muslim) Ada banyak kesamaan antara Yahudi dengan Rafidhah. Mereka mengatakan, “Tidak layak kekuasaan atau kerajaan kecuali hanya pada keluarga Daud (Nabi Sulaiman ‘alayhis salam).” Sehingga mereka ingin kembali membangun Kuil Sulaiman dengan meruntuhkan Baitul Maqdis. Ini angan-angan mereka tetapi tidak akan terjadi hal ini. Rafidhah mengatakan, “Tidak boleh menjadi pemimpin kecuali pada keluarga Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu.” Kaum Yahudi mengatakan, “Tidak ada jihad.” Sedangkan jihad disyariatkan pada Nabi Musa. قَا لُوْا يٰمُوْسٰۤى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَا مُوْا فِيْهَا فَا ذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَا تِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَا عِدُوْنَ “Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 24) Itu jawaban mereka ketika diajak untuk berjihad. Ini adalah perkataan mereka sampai turunnya Dajjal atau turunnya Nabi Isa. Yang mereka maksud adalah tidak ada jihad kecuali sampai mereka bersama Dajjal. Itulah yang nanti akan terjadi, kaum Yahudi akan berperang bersama Dajjal melawan kaum muslimin. Dan rasulullah ﷺ telah mengabarkan bahwa kemenangan akan ada pada kaum muslimin. Rafidhah mengatakan, “Tidak ada jihad hingga keluar al mahdi.” Kaum Yahudi mengakhirkan shalat Maghrib yang sudah ada dalam syariat nabi Musa dan juga disebut sebagai shalat maghrib, tetapi mereka tidak menjalankan, bahkan mengakhirkan shalat Maghrib sampai muncul bintang-bintang di langit setelah atau ketika