Syaikh Salim bin Sumair Al Hadhromi (wafat 1271 H) mengatakan,

يجب صوم رمضان بأحد أمور خمسة:
Puasa Ramadhan wajib dilaksanakan dengan 5 sebab:

أحدها: بكمال شعبان ثلاثين يوما.
Yang pertama: Sempurnanya bulan Sya’ban menjadi 30 hari

وثانيها : برؤية الهلال في في حق من رآه وإن كان فاسقا
Yang kedua: Dengan melihat langsung hilal bagi orang yang melihatnya walau dia adalah orang fasik (maksudnya: jika ada seseorang walaupun fasik melihat hilal maka ia (yang melihat hilal) wajib berpuasa)

وثالثها : بثبوته في حق من لم يره بعدل شهادة
Yang ketiga : Dengan kepastian kesaksian orang yang adil bagi orang yang belum melihatnya.

ورابعها : بإخبار عدل رواية موثوق به ، سواء وقع في القلب صدقه أم لا ، أو غير موثوق به إن وقع في القلب صدقه.
Yang keempat: Dengan berita orang yang adil dan dipercaya baik dalam hati kita yakin akan kejujurannya atau pun tidak. Atau orang yang tidak adil jika hati kita yakin akan kejujuran orang yang membawa berita.

وخامسها : بظن دخول رمضان بالاجتهاد فيمن ٱشتبه عليه ذلك
Yang kelima: Dengan dugaan kuat masuk Romadhon dengan ijtihad pribadi bagi orang yang ragu.

Matan Safinatun Najah karya Syaikh Salim bin Sumair Al Hadhromiy

Ada pun Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman Bafadhl Al Hadhromi mengatakan (wafat 981 H),

يجب صوم رمضان باستكمال شعبان ثلاثين ، أو برؤية عدل ٱلهلال ،
Wajib berpuasa Romadhon dengan sebab sempurnanya bulan Sya’ban 30 hari atau dengan sebab seorang yang adil melihat hilal

Matan Muqoddimah Al Hadhromiyyah karya Syaikh Abdulloh bin Abdurrahman Bafadhl Al Hadhromi

Syaikh Yahya Al ‘Imrithiy (wafat 988 H) mengatakan,

وبانتها شعبان للكمال … او حكم قاض قبل بالهلال
شهر الصيام واجب الصيام …

Dengan selesainya bulan Sya’ban secara sempurna … Atau penentuan hukum adanya hilal dari hakim sebelumnya

Bulan puasa wajib (bagi kita) untuk berpuasa

Nihayatu at Tadrib karya Syaikh Yahya Al ‘Imrithiy (penulis nazhom Al Ajrumiyyah)

Dari sini kita bisa simpulkan, menurut madzhab Syafi’i awal bulan Ramadhan bisa ditentukan dengan 2 cara.

1. Menyempurnakan bulan Sya’ban hingga 30 hari

2. Keputusan hakim bahwa hilal telah terlihat sebelumnya.

Ada pun Syaikh Salim bin Sumair Al Hadhromi merinci kembali, bagi orang yang yakin melihat hilal tetapi hakim tidak menetapkannya, orang tersebut wajib puasa. Namun, orang yang tidak melihat langsung, ia mengikuti keputusan hakim.

Ada pun dalam kondisi tidak ada hakim maka tergantung keyakinan kita pada pembawa berita. Jika pembawa berita adalah orang yang dikenal adil maka kita wajib mengikuti berita itu. Atau pembawa berita bukan orang adil tapi kita yakin kebenaran beritanya, maka kita juga mengikuti berita orang itu tentang wajibnya puasa.

Ada pun jika semua masih kesulitan maka kita harus berijtihad pribadi sesuai dengan dugaan yang paling kuat.

Wallahu a’lam

Rumah Kontrakan Grandsuroso 1, Malang
Rabu, 13 Sya’ban 1443 (16 Maret 2022)

Fawaid Abu Ahmad Ricki Al Malanjiy

Print Friendly, PDF & Email