Poin 60: Sikap yang benar kepada para sahabat Rasulullah صلى الله عليه و سلم bagian kedua

Catatan Kajian Aqidah Pembahasan Kitab Ushul as Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal

Poin 60: Sikap yang benar kepada para sahabat Rasulullah ﷺ bagian kedua

Link https://www.youtube.com/live/p8gAevCt_zM?feature=shared

Di antara ciri-ciri ahlul bid’ah adalah celaan mereka kepada sahabat Rasulullah ﷺ dan telah dinukil dari beberapa ulama perkataan mereka tentang kaum Syiah Rafidhah dan yang lebih dari mereka, dan yang sekarang ini dan yang sekarang berkembang di dunia adalah Syiah dari kaum Rafidah ini (itsna asyariyyah sokhowiyyah)  dan mereka ini kaum yang telah disebutkan oleh para ulama sejak zaman para salaf. Munculnya atau awal kemunculan mereka adalah di masa itu. Dan menjadi salah satu fitnah terbesar di kalangan kaum muslimin dengan kemunculan mereka yang diawali salah satunya adalah oleh seorang yang bernama Abdullah bin Saba yang asalnya adalah seorang Yahudi.

Dan sudah disebutkan perkataan yang terakhir dari Imam Syafii rahimahullaah, “Saya tidak pernah melihat ada kelompok ahlul ahwa, satu kaum yang lebih banyak melakukan persaksian palsu atau lebih palsu persaksiannya daripada kaum Rafidhah.”

Dan yang sekarang berkembang di dunia ini dan mereka menyusup ke berbagai negeri kaum muslimin dan juga negeri-negeri kuffar dan mereka berusaha memasukkan ajaran mereka ini ke dalam kaum muslimin.

Syiah secara umum dan secara keseluruhan yang disebutkan para ulama, syiah yang paling ringan saat ini bisa dikatakan hampir punah termasuk kelompok yang disebut zaidiyyah yang hanya berkembang di negeri Yaman dan itu terbatas di beberapa tempat. Di ibukotanya di kota Sam’ah. Hanya sebatas orang-orang yang sudah sepuh dan mereka punya ciri yang sangat kentara dari pakaian dan cara sholat mereka. Dengan inilah mereka mudah dikenali. Tetapi generasi muda kaum Syiah, arah pemahaman mereka adalah pemahaman kaum Rafidhah. Dan mereka aktif dalam mengajarkan dan menyebarkan ajaran mereka.

Dinukil di antaranya dari para ulama tentang berbahayanya kelompok ini apabila memasuki suatu kaum. Dalam sejarah sangat banyak kejadian yang menunjukkan pengkhianatan mereka terhadap kaum muslimin, mereka juga bekerja sama dengan kaum kuffar untuk menghancurkan kaum muslimin, termasuk di antaranya Mongol.

Seandainya kita bisa menyatakan kelompok munafik yang sekarang ini ada di antara kaum muslimin, maka mereka adalah contoh paling konkrit. Mereka ini yang paling pantas dan paling banyak.

Mereka mengajarkan taqiyyah yang menjadi salah satu prinsip aqidah dasar mereka, bahkan mereka tidak mengakui kesyiahan seseorang hingga ia melakukan taqiyyah. Dan ini yang terjadi pada mereka hingga saat ini.

Diriwayatkan dari As Sya’bi, “Wahai Malik, seandainya saya mau mereka menyerahkan diri mereka sebagai seorang hamba sahaya kepadaku, atau seandainya mereka memenuhi rumahku dengan emas, supaya mereka ingin saya berdusta untuk mereka, untuk membuat hadits-hadits palsu tentang Ali, tentu mereka akan melakukannya. Akan tetapi demi Allah saya tidak akan berdusta terhadap Ali sama sekali.

“Wahai Malik, sesungguhnya saya telah mempelajari seluruh kelompok ahlul bid’ah. Saya tidak melihat suatu kaum yang lebih tolol atau bodoh yang sangat, daripada Khosya’iyyah (salah satu kelompok kaum Rafidhah). Seandainya mereka itu diumpamakan sebagai binatang, maka binatang yang paling tepat menggambarkan mereka adalah keledai (keledai adalah simbol dalam bahasa Arab untuk kedunguan, kepengecutan, kelemahan, kelambanan, dan keburukan yang lain seperti suara yang jelek). Dan seandainya diumpamakan mereka itu adalah burung, maka mereka adalah rokhom (sejenis burung yang dikenal makanannya suka yang busuk-busuk, hinggapnya di sampah-sampah, comberan, bahkan kotoran manusia. Jika ada bau maka mereka akan hinggap di situ. Burung ini juga dikenal dengan sifat pengkhianatannya.) Aku peringatkan kepadamu wahai Malik, berbagai kelompok yang menyesatkan, dan yang paling berbahaya adalah Rafidhah, dan itu karena di antara mereka ada kaum Yahudi. Mereka itu memasuki Islam menyelam ke dalam kaum muslimin untuk menghidupkan kesesatan mereka sebagaimana Paulus bin Saul (asalnya seorang Yahudi) dia memasuki Nasrani dan merusak agama Nasrani. (Maka Abdullah bin Saba yang masuk ke dalam tubuh kaum muslimin dan menyebarkan racunnya). Tidaklah mereka masuk ke dalam Islam itu karena keinginan atau cinta dengan Islam, bukan karena takut kepada Allah, mereka masuk Islam karena bencinya kepada Islam dan ingin mencelakakan kaum muslimin, maka Ali bin Abi Thalib membakar mereka dengan api dan mengusir mereka dan di antara mereka adalah Abdullah bin Saba, Abdullah bin Syabab, dan Abul Rusy dan anaknya.”

Demikianlah ghuluw mereka kepada Ali. Mereka siap membuat hadits-hadits palsu atas nama nabi. Riwayat ini disebutkan Ibnu Katsir dalam An Nihayah.

Tanda-tanda kaum Rafidhah ini sangat kuat, terutama yang sekarang ini berpusat di Iran. Di Iran ada pusat kaum Yahudi terbesar, begitu pula yang ada di Israel. Selayaknya Israel ini kita sebut Yahudi, karena Israel ini adalah penisbatan kepada nama nabi Allah.

Demikian juga tentang kaum Majusi, banyak juga kesamaan Majusi dengan kaum Rafidhah.

Rasulullah menyebutkan bahwa Dajjal nanti akan muncul dari bangsa Asbahan.

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَّالِسَةُ

Akan mengikuti Dajjal tujuh puluh ribu Yahudi Ashbahan, mereka mengenakan jubah [HR Muslim].

Kesamaan Yahudi dengan Rafidhah yang memperlihatkan kedekatan mereka, mereka mengatakan, “Tidak layak kekuasaan atau kerajaan kecuali hanya pada keluarga Daud.” Sehingga mereka ingin kembali membangun Kuil Sulaiman dengan meruntuhkan Baitul Maqdis. Ini angan-angan mereka tetapi tidak akan terjadi hal ini.

Rafidhah mengatakan, “Tidak boleh menjadi pemimpin kecuali pada keluarga Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu.”

Kaum Yahudi mengatakan, “Tidak ada jihad.” Sedangkan jihad disyariatkan pada Nabi Musa.

قَا لُوْا يٰمُوْسٰۤى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَاۤ اَبَدًا مَّا دَا مُوْا فِيْهَا فَا ذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَا تِلَاۤ اِنَّا هٰهُنَا قَا عِدُوْنَ

“Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.””

(QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 24)

Itu jawaban mereka ketika diajak untuk berjihad. Ini adalah perkataan mereka sampai turunnya Dajjal atau turunnya Nabi Isa. Yang mereka maksud adalah tidak ada jihad kecuali sampai mereka bersama Dajjal. Itulah yang nanti akan terjadi, kaum Yahudi akan berperang dengan kaum muslimin bersama Dajjal. Dan rasulullah telah mengabarkan bahwa kemenangan akan ada pada kaum muslimin.

Rafidhah mengatakan, “Tidak ada jihad hingga keluar al mahdi.”

Kaum Yahudi mengakhirkan shalat Maghrib yang sudah ada dalam syariat nabi Musa dan juga disebut sebagai shalat maghrib, tetapi mereka tidak menjalankan, bahkan mengakhirkan shalat Maghrib sampai muncul bintang-bintang di langit setelah atau ketika memasuki waktu Isya.

Kaum Rafidhah mengakhirkan Maghrib sampai muncul bintang. Kalau sudah muncul bintang, baru mereka shalat.

Rasulullah bersabda,

لاَ تَزَالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍ – أَوْ قَالَ عَلَى الْفِطْرَةِ – مَا لَمْ يُؤَخِّرُوا الْمَغْرِبَ إِلَى أَنْ تَشْتَبِكَ النُّجُومُ

“Senantiasa umatku berada di atas fitrah selama belum mengakhirkan shalat Maghrib hingga bintang bertebaran.” Dan ini adalah hadits yang shahih.

Kaum Yahudi melenceng dari kiblat yang ditentukan, begitu pula kaum Rafidhah yang tidak menghadap ke Ka’bah tetapi menghadap ke Karbala.

Kaum Yahudi menjulurkan pakaiannya, demikian pula kaum Rafidhah.

اَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ

“Barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” [Hadits Riwayat Bukhari 5783, Muslim 2085]

Kaum Yahudi mereka mentahrif, mengubah, mengganti, menghapus, bahkan menambahkan kalimat mereka dalam Taurat dan dinisbatkan kepada Allah. Demikian pula kaum Rafidhah, mereka berusaha mengubah Al Qur’an, mengatakan bahwa Al Qur’an dihapus isinya.

Mereka mengatakan bahwa Al Qur’an yang ada saat ini bukan mushaf yang asli. Mereka mengatakan mushaf yang asli dibawa oleh Fathimah, kemudian oleh Hasan dan Husein, dan saat ini dibawa oleh Imam Mahdi.

Tidak ada masa iddah pada kaum Yahudi, demikian pula kaum Rafidhah, bahkan mereka memperbolehkan nikah mut’ah bahkan sampai pada wanita yang sudah menikah. Sampai-sampai mereka tidak ada syarat dalam nikah mut’ah, bahkan dengan ibu, saudara, atau bibinya sendiri. Maka di kalangan mereka tidak ada mahram.

Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka menganggap Jibril adalah musuh mereka, yang di dalam agama Nasrani dikenal sebagai Gabriel, demikian juga kelompok Rafidhah menganggap Jibril salah menyampaikan wahyu. Seharusnya wahyu itu disampaikan kepada Ali bukan kepada Rasulullah. Dan kesalahan ini berlangsung seterusnya. Maka di sini mereka telah menganggap bahwa Allah juga bodoh karena membiarkan Jibril salah menyampaikan wahyu.

Jadi kaum Rafidhah lebih parah dibanding Yahudi di beberapa sisi.

Kaum Yahudi jika ditanya siapa yang lebih afdhol di antara umat Nabi Musa, maka mereka mengatakan sahabat Nabi Musa.

Jika rafidhah ditanya siapa yang paling buruk di antara umat Muhammad, maka mereka akan menjawab, para sahabat Muhammad.

Kaum Rafidhah ini diperintahkan untuk beristighfar untuk para sahabat, tetapi mereka malah mencela, mengkafirkan, bahkan menganggap para sahabat umat terburuk.

As Sya’bi mengatakaan, “Sesungguhnya pedang itu terhunus untuk mereka sampai hari Kiamat. Supaya mereka tidak mempunyai kekokohan, tidak memiliki bendera, tidak punya kekuasaan sampai hari kiamat. Jamaah mereka itu sebenarnya tercerai berai. Setiap kali mereka berusaha menyalakan api peperangan maka Allah padamkan.”

Disebutkan dari Muhammad ibn Shabi’in as Sama, “Saya tahu kaum Yahudi tidak akan mencela sahabat Musa. Dan kaum Nasrani tidak mencela sahabat Isa. Tapi kenapa engkau, wahai jahil, mencela sahabat nabi? Dari mana engkau menyatakan ini? (Ini terjadi) karena engkau tidak sibuk dengan dosamu. Seandainya engkau sibuk dengan dosamu, tentu engkau akan takut kepada Rabbmu.”

“Celaka bagaimana engkau itu tidak tersibukkan dengan kaum muhsinin? (Yang dimaksud adalah para sahabat).”

Wahai orang yang mencela sahabat muhammad, seandainya engkau tidur di malam hari, maka itu akan lebih baik daripada engkau shalat di malam hari tetapi engkau mencela sahabat nabi.

Mereka mulia ketika ikut perang Badar, mereka menjadi mulia ketika ikut perang Uhud. Dan mereka sudah disebut ampunannya oleh Allah dalam Al Qur’an.

Sesungguhnya orang-orang yang lari ketika hari berkumpulnya pasukan, dan Allah sudah mengampuni mereka.

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥٓ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَٰزَعْتُمْ فِى ٱلْأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّنۢ بَعْدِ مَآ أَرَىٰكُم مَّا تُحِبُّونَ ۚ مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلْءَاخِرَةَ ۚ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ ۖ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ

Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman.

(QS. Ali Imran 152)

Maka hendaknya kita berdoa agar terhindar dari syubhat para pencela sahabat nabi.

Kelompok yang ada pada kaum muslimin saat ini ingin mendekatkan antara sunnah dan syiah maka mereka sebenarnya bisa jadi jahil, jahil terhadap ahlus sunnah, tidak mengetahui prinsip dakwah ahlus sunnah dan mereka juga jahil terhadap kaum rafidhah, mereka yang sesungguhnya ingin mendekatkan ahlus sunnah dengan syiah, ini sesuatu yang tidak mungkin sebagaimana bagaimana bisa mendekatkan minyak dengan air.

Mereka beriman sebagian al qur’an dan ingkar kepada sebagian yang lain. Mereka ingin berada di tengah-tengah.

Mereka sebenarnya tidak mendekatkan syiah pada sunnah tetapi sesungguhnya mereka ingin mengeluarkan ahlus sunnah dari kelompoknya dan memasukkan mereka kepada rafidhah.

Hanya orang bodoh yang tidak tahu hakikat hal ini dan tertipu dengan taqrib. Mereka memuji kaum Syiah, mereka siap untuk berdialog. Ini adalah orang-orang yang tidak paham, mereka akan terjatuh ke dalam syubhat mereka. Tidak mungkin disatukan orang yang meyakini Umar adalah kaum terbaik setelah Rasulullah sedangkan yang satu adalah orang yang meyakini Umar dan Abu Bakar itu kafir.

  • Bagaimana kita berusaha menghindarkan anak-anak kita dari kaum Rafidhah ini mengingat informasi di media sosial ini bercampur?

Ini fenomena yang saat ini marak. Mereka tidak banyak berhasil mensyiahkan orang Yahudi dan orang Nasrani ke dalam agama mereka. Hanya mungkin beberapa gelintir orang yang bisa mereka masukkan ke dalam agama mereka dari kaum kafir. Mereka targetnya adalah kaum muslimin. Mengeluarkan ahlus sunnah dari ahlus sunnah. Maka kita harus mengetahui syubhat-syubhat mereka, dan wajib kita mengajarkan tentang kaum Rafidhah sejak anak-anak masih kecil. Kita harus mengajarkan kecintaan kepada para sahabat, keutamaan mereka, hadits-hadits tentang para sahabat. Bangun kecintaan kepada para sahabat sejak kecil.

Ini akidah yang harus diajarkan: Tidak mencela satu pun sahabat Rasulullah.

Kita juga perlu menyampaikan bahayanya kelompok yang mencela rasulullah sehingga ketika mereka melihat cirinya, maka mereka akan tahu.

Ini salah satu yang perlu kita bekalkan kepada anak-anak karena kita tidak bisa mendampingi mereka terus menerus.

Memang tujuan kita mengkaji kitab ini adalah untuk membentengi anak anak dari keseatan dan agar orang tua mengajarkannya kepada anak anak.

  • Bagaimana mengetahui seseorang berakidah rafidhah jika mereka selalu bertaqiyyah?

Ada satu tanda mengenalinya yaitu ketika disebut sahabat Rasulullah ﷺ yaitu Abu Bakar mereka tidak akan mengucapkan radhiyallahu anhu. Dan mereka tidak bisa menghindari kebencian kepada sahabat rasulullah, kepada aisyah. Celaan kepada sahabat adalah ciri mereka. Mereka sulit menyembunyikan kebencian kepada sahabat rasulullah.

  • Bolehkah kita membantu membuat jenang merah putih setelah mendapat musibah?

Kalau tidak bisa menyampaikan secara langsung tentang hal ini, maka sebaiknya menghindarinya dengan cara bijak. Artinya kalau ndak bisa menyampaikan alasan tegas, maka hindari pelan-pelan dalam artian dalam cara yang bijak, tidak menimbulkan kegaduhan atau fitnah sampai kita bisa menyampaikannya. Karena keyakinan ini sangat mengakar. Kita berupaya maksimal supaya kita tidak taawun dalam dosa dan permusuhan. Kita hindari.

  • Apakah ada ciri sekolah bentukan rafidhah, dari nama atau cirinya apakah bisa terlihat, agar kita bisa memberitahu/mengingatkan saudara atau teman kita agar tidak menyekolahkan buah hatinya di sekolah tersebut?

Marak saat ini mereka membuat yayasan. Ciri antara lain az zahra, husain, ahlul bait, yang mengarah pada akidah mereka, muthohhari, tokoh-tokoh syiah yang biasanya dijadikan nama. Meskipun kita perlu data, bisa dibrowsing yayasan atau sekolah syiah di Indonesia.

Saya (ustadz Amin) pernah punya teman yang mondok di Bangil, yang dibahas Shahih Bukhari Shahih Muslim dan selainnya, ternyata setelah itu mereka artikan dan arahkan pemahamannya. Ada dalam Sahih bukhari dan muslim, masuk pembahasan keutaman ali hasan husein dan ahlul bait, baru yang terakhir sudah melewati fase pengkultusan ahlul bait. Nanti lama kelamaan kalau sudah menancap maka akan dimasuki akidah rafidhah. Jadimereka mempunyai kurikulum susunan materi yang disampaikan secara bertahap. Teman saya menyampaikan keluar dari rafidah ini tidak mudah, setelah diajarkan kecintaan pada ahlul bait ini demikian kuat sampai kecintaan pada khomaeni dan tokoh-tokoh revolusi iran. Ini membahayakan. Jika mereka membagun sekolah dari tingkat TK, gambaran tentang sahabat sudah terbentuk di kala mereka masih kecil. Tetapi mereka tidak akan mengajarkan secara langsung. Yang ditanamkan adalah kecintaan pada ahlul bait, dikultuskan. Jika sudah cinta, maka dengan mudah bisa dimasukkan kebencian pada sahabat yang lain.

  • Akhir-akhir ini saya sering melihat postingan dengan menukil ucapan Ali bin Abi Thalib tetapi tanpa menyebutkan sumber. Apakah ini termasuk upaya mereka dalam mengunggulkan Ali bin Abi Thalib di atas sahabat yang lain?

Sekadar menukil perkataan Ali insyaAllah tidak mengapa, tetapi mereka memang tidak akan memposting tentang sahabat yang lain, misalnya postingannya hanya Ali, Hasan, Husain, Fatimah, Salman al Farisi, dan tidak pada yang lain, maka ada indikasi. Memang kita perlu berhati-hati dengan penukilan. Sebelum kita menerima sesuatu, maka kita perlu mengkroscek kebenaran postingan tersebut. Kita harus cek dulu kebenaran suatu postingan.

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang itu sebagai pendusta (pembohong), ketika dia menceritakan semua (berita) yang dia dengar.”

  • Ada berita di internet tentang sekolah dan yayasan di Malang yang terindikasi syiah, kemudian dibantah dan dinyatakan bahwa itu adalah hoax untuk menjatuhkan sekolah itu. Bagaimana sikap kita?

Kita cari tahu dulu. Ahlul bait itu siapa? Karena ada pernyataan bahwa sebuah sekolah itu syiah tetapi ada pernyataan bahwa itu hoax untuk menjatuhkan sekolah itu.

Ahlul bait jika Ali Hasan Husain saja, kemudian Salman dimasukkan, ini ciri-ciri Rafidhah.

Ahlul bait bagi ahlul sunnah adalah istri Rasulullah, Bani Hasyim, dan siapa pun yang haram makan sedekah dari keluarga rasulullah termasuk keluarga Ali sebagian di antaranya dan para istri rasulullah semuanya, maka ini bisa menjadi pembeda pemahaman antara ahlul bait di pandangan rafidhah dan ahlus sunnah. Dan kita harus menghormati ahlul bait.

Anak adalah modal kita di  kemudian hari. Tidak boleh sembarang kita menyekolahkan mereka. Akidah yang dibentuk sejak kecil itu membekas di kemudian hari. Dan kita bertanggung jawab akan hal itu. Jika salah menyekolahkan maka ini akan menyebabkan mereka sulit kembali kepada akidah yang benar.

Tanda-tanda ini perlu kita waspdai ketika ada syubhat kita harus berhati hati, minimal kita menyampaikan peringatan. Hati hati juga kalau dikatakan, “O, kita toleransi syiah boleh ahlus sunnah boleh.”

  • Dalam kitab Ta’limus Sibyan dan Syarhus Sunnah Imam Muzani dituliskan urutan tentang sahabat, apakah ini juga akidah kita tidak boleh mendahulukan Ali di atas sahabat yang lain?

Iya, ijma ulama, Abu Bakar di atas sahabat Ali. Tidak akan ada ahlus sunnah yang mendahulukan Ali di atas Abu Bakar dan Umar.

Apabila didahulukan di atas Utsman, ini masih dalam koridor sebagian ulama mendahulukan Ali di atas Utsman. Untuk zaman sekarang ini, sudah menyerupai ijma bahwa urutan keutamaan sahabat adalah sebagaimana urutan kekhalifahan mereka.

Kesimpulan:

Alhamdulillah dalam kajian kali ini kita masih membahas sahabat rasulullah, kita membahas panjang lebar karena ini salah satu di antara pembahasan paling penting di masa sekarang ini, karena ini akidah yang membedakan ahlus sunnah dengan kelompok sesat ahlul bidah karena salah satu ciri ahlul bidah adalah sikap mereka kepada sahabat rasulullah dan kelompok yang paling berbahaya semakin besar celaan semakin besar penyimpangannya.

Yang sekarang berkembang adalah kelompok rafidhah yang paling banyak mencela sahabat, itu yang paling banyak berkembang karena memiliki dana yang sangat besar untuk menyebarkan tokoh-tokoh dan membuat sekolah gratis, dan mereka kembali membawa titel sampai doktor dan merekalah yang mengajarkan dan menyebarkan ajaran syiah ini ke berbagai belahan dunia.

Kita harus berhati-hati dengan kelompok ini karena bukan lagi bagian dari kaum muslimin. Mereka berbahaya karena mereka juga mengaku muslim dan banyak kaum muslim yang terkecoh dengan syubhat mereka.

Dicatat pada 27 Agustus 2023, Yusant Ummu Syifa.

Scroll to Top