Artikel

Parenting Islam

SILSILAH METODE MENGOBATI KENAKALAN ANAK Ke-1: SEORANG PENDIDIK (MUROBBI) MIRIP DENGAN SEORANG DOKTER

Seorang Pendidik (Murobbi) Mirip Dengan Seorang Dokter Syaikh Abdulloh Muhammad Abdul Mu’thi berkata, ” الطَّبِيبُ مُهِمَّتُهُ فِى الْحَيَاةِ عِلَاجُ الْأَجْسَادِ مِمَّا يَعْتَرِيهَا مِنْ أَمْرَاضٍ ، …. وَالْمُرَبِّى مُهِمَّتُهُ فِى الْحَيَاةِ عِلاَجُ النُّفُوسِ وَالْقُلُوبِ والْعُقُولِ عَمَّا يُخَالِطُهَا مِنْ أَمْرَاضٍ ” “Peran pentingnya seorang dokter dalam kehidupan adalah mengobati tubuh dari semua penyakit yang dideritanya. …. dan peran penting seorang Murobbi (pendidik: orang tua dan guru) dalam kehidupan adalah mengobati jiwa, hati, dan akal dari penyakit yang mengotorinya” Ucapan Syaikh Abdulloh Abdul Mu’thi ini sangat luar biasa. Memang benar bahwa seorang guru atau orang tua yang baik, memandang seorang murid atau anak nakal, bukan seperti memandang sebagai narapidana yang wajib dihukum semata. Namun ia harus melihat seorang anak seperti seorang dokter yang melihat pasiennya. Dokter itu sangat menyayangi pasiennya dan ingin menyembuhkan pasien dari penyakitnya walaupun ia harus sedikit menghukum pasiennya dengan obat yang rasanya tidak enak dan pahit. Inilah figur guru yang luar biasa. Pada zaman ini jarang sekali kita dapatkan guru yang menjiwai pekerjaan seperti ini. Mayoritas mereka hanya berkutat dengan standar sertifikasi agar dapat penghasilan layak dan hanya sekedar menyampaikan materi saja. Perbandingan Antara Murobbi dan Dokter Syaikh Abdulloh Muhammad Abdul Mu’thi berkata; ” الطَّبِيبُ مُهِمَّتُهُ فِى الْحَيَاةِ عِلَاجُ الْأَجْسَادِ مِمَّا يَعْتَرِيهَا مِنْ أَمْرَاضٍ ،  فَهُوَ يَجْتَهِدُ لِيُشَخِّصَ الْمَرَضَ وَيَصِفُ الْعِلاَجَ ، وَالشِّفَاءُ يَكُونُ بِيَدِ اللَّهِ تَعَالَى ” “Peran penting seorang dokter dalam kehidupan adalah mengobati tubuh dari semua penyakit yang diderita. Dia akan bersungguh-sungguh untuk mendiagnosa penyakit dan memberikan resep obatnya, sedangkan kesembuhan berada di tangan Allah” Beliau melanjutkan; ” وَالْمُرَبِّى مُهِمَّتُهُ فِى الْحَيَاةِ عِلاَجُ النُّفُوسِ وَالْقُلُوبِ والْعُقُولِ عَمَّا يُخَالِطُهَا مِنْ أَمْرَاضٍ ، فَهُوَ يَجْتَهِدُ فِى الْإِصْلاحِ وَالتَّعْلِيمِ ، وَالنَّجَاحُ بِيَدِ الْخَالِقِ سُبْحَانَهُ ” “Peran penting seorang Murobbi (pendidik) dalam kehidupan adalah mengobati jiwa, hati, dan akal dari semua penyakit yang mengotori. Ia bersungguh-sungguh dalam memperbaiki dan memberikan pelajaran sedangkan kesuksesan ada di tangan Yang Maha Pencipta” Ketika menghadapi anak bermasalah, seorang guru tidaklah memandang anak tersebut sebagai pembuat onar dan anak nakal saja. Namun, sebagai mana seorang dokter, ia berusaha mendiagnosa penyebab kenakalannya. Kemudian ia berusaha merumuskan penyembuhan kenakalannya tersebut berdasarkan hasil diagnosa dengan mengangkat akar masalah pada anak tersebut. Kenakalan anak sering kali adalah akibat dari banyak faktor di lingkungannya yang mempengaruhinya. Ketika kita hanya menghukumnya dengan membabi buta, berarti seperti kita memberikan sembarang obat tanpa resep dan tanpa tahu penyakitnya. Bisa jadi kenakalannya berhenti karena kebetulan terapi kita KEBETULAN pas dengan akar masalah anak tersebut, atau bisa jadi dan ini lebih sering, kenakalannya tidak berhenti. Saya akan memberikan contoh, saya pernah memiliki murid yang tidak pernah mau menulis. Jika sudah saatnya menulis maka mulai dia membuat onar dengan mengganggu temannya atau membuat gaduh kelas. Nah, jika kita tidak mendiagnosa penyebab ia membuat onar, maka kita akan melakukan hukuman berulang kali tanpa membuatnya berhenti. Kemudian mulai saya mengambil langkah diagnosa dengan cara menyendirikannya dan memberinya tugas menulis. Saya perhatikan bagaimana ia menulis. Ketika memperhatikan, tampaklah bagi saya, tangan anak ini tidak cukup kuat untuk menulis. Dengan kata lain, ia belum melalui tahapan latihan motorik halus sebelum menulis. Kemudian anak ini menulis dengan cara menyalin perhuruf di papan tulis. Maka jelaslah ini karena anak ini tidak mampu membaca kata dengan baik. Nah…, inilah yang membuatnya tidak mau menulis, sering mengganggu temannya, dan membuat onar di kelas ketika waktunya menulis. Inilah akar masalah pada anak tersebut. Jadi langkah pertama adalah segera mengajari dia motorik halus sebelum menulis, mengajarinya membaca, dan mengajarinya mengendalikan sikapnya ketika ia merasa tidak mampu seperti temannya dalam menulis. Contoh-contoh ini banyak sekali, dan kita perlu melakukan diagnosa ketika anak berbuat onar dan bukan mempermalukannya di depan temannya. Namun jika masalah anak tersebut memang secara naluri selalu ingin membuat masalah, maka adakalanya kita perlu menyebut namanya agar ia berhenti dari kebiasaannya menuruti hawa nafsunya untuk berbuat onar. Perbandingan Antara Penyakit Fisik Dengan Penyakit Jiwa, Hati, dan Akal Syaikh Abdulloh Muhammad Abdul Mu’thi berkata; ” وَتَشْتَرِكُ أَمْرَاضُ الْأَجْسَادِ أَمراضُ الْقَلُوبِ وَالْعُقُولِ فى عِدَّةِ أَشْيَاءٍ ، مِنْهَا أَنَّ الْعِلاَجَ يَبْدَأُ بِتَشْخِيصِ الْمَرَضِ ثُمَّ يَصِفُ الطَّبِيبُ أَوْ الْمُرَبِّى الدَّواءَ الْمُنَاسِبَ ،    وَتَخْتَلِفُ جُرْعَةُ الدَّواءِ تَبَعًا لِعُمْرِ الْمَرِيضِ وَمَرْحَلَتِهِ السِّنِّيَّةِ ، وَتَتَحَدَّدُ مُدَّةُ تنَاولِ الْعِلاَجِ حَسَبَ نَوْعِ الْمَرَضِ وَقُوَّتِهِ ، وَكُلَّمَا اِشْتَدَّ الْمَرَضُ اِحْتَاجَ الْمَرِيضُ لِمُدَّةِ عِلاَجِ أَطْوَلِ ، وَبَعْدَ مُمَارَسَةِ الْعِلاَجِ  فَتْرَةً وَتَنَاوُلِ الدَّواءِ مُدَّةَ مِنَ الزَّمَنِ لاَبُدَّ مِنَ الرُّجُوعِ لِلطَّبِيبِ أَوْ المربي ، لِيَقِيسَ مَدَّى فاعِلِيَّةِ الدَّواءِ وَهَلْ يَحْتَاجُ الْمَرِيضُ إِلَى دَواءِ جَدِيدٍ ، وَهَكَذَا تَشْتَرِكُ أَمْرَاضُ الْأَجْسَادِ مَعَ أَمْرَاضُ القلوبِ وَالْعُقُولِ فى طَرِيقَةِ التَّشْخِيصِ وَأُسْلوبِ الْعِلاَجِ ، لَكِنْ عَلَى الْمُرَبِّى أَنْ يَأْخُذَ فى الْاِعْتِبارِ أَنَّ عِلاَجَ أَمْرَاضِ الْقَلُوبِ وَالْعُقُولِ أَصْعَبُ بِكَثِيرٍ مِنْ مُعَالَجَةِ أَمْرَاضِ الْجَسَدِ ” “Penyakit tubuh mirip dengan penyakit hati dan akal dalam beberapa hal. Diantaranya, pengobatan penyakit badang dimulai dengan diagnosa kemudian barulah dokter atau murobbi memberikan resep obat yang cocok untuk penyakitnya. Dosis obat yang diberikan berbeda sesuai dengan umur dan tahapan usia orang yang sakit. Batasan waktu untuk meminum obat juga berbeda tergantung jenis penyakit dan kronisnya penyakit tersebut. Setiap penyakit semakin kronis maka orang yang sakit membutuhkan masa pengobatan yang lebih lama.” Setelah melalui masa pengobatan dan meminum obat maka orang yang sakit harus kembali kepada dokter atau murobbi untuk mengukur efektifitas kerja obat, dan apakah orang yang sakit membutuhkan obat yang baru atau tidak. Seperti inilah keterkaitan penyakit tubuh dengan penyakit hati dan akal dalam hal metode diagnosa dan pengobatan. Akan tetapi, seorang murobbi (pendidik) harus mengambil pelajaran bahwa pengobatan penyakit hati dan akal lebih sulit daripada mayoritas pengobatan penyakit tubuh. Analogi yang disampaikan Syaikh Abdulloh Abdul Mu’thi ini sangat luar biasa. Memang seperti inilah kondisi seorang pendidik. Ia seperti seorang dokter bagi akal, jiwa, dan hati. Ia melakukan pengobatan dengan tahapan yang terukur. Saya teringat bagaimana nabi kita, Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam bersikap dengan cara ini: Peristiwa pertama, ketika sahabat Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami yang berasal dari suku pedalaman. Ia baru datang ke madinah dan tidak mengetahui hukum berbicara dalam sholat. Suatu ketika beliau sholat bersama Rosululloh dan para sahabatnya. Kemudian ada seorang dari para jama’ah bersin. Kemudian Mu’awiyah bin al Hakam as Sulami pun menjawab, yarhamukallah. Seketika itu para sahabat lainnya memandangi Mu’awiyah bin

Parenting Islam

Contoh Perhatian Nabi shalallahu’alaih wa sallam Pada Penanaman Kegungan Tauhid Pada Jiwa Anak: Nasehat Indah Pada Ibnu Abbas

Pendahuluan Artikel ini diambil dari Silsilah Ilmu Parenting Islam yang secara rutin saya bagi kepada para peserta grup parenting islam yang diasuh oleh Kuttab Rumah Qur’an, yaitu grup Murobbiyaat dan grup al Murobbun. Grup ini secara bertahap akan mengupas kitab-kitab para ulama yang menjelaskan ilmu untuk menjadi orang tua yang baik, atau kita istilahkan dengan ILMU PARENTING. Saat ini, kita sedang membahas sebuah kita yang ditulis oleh seorang ulama, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as Sadhan yang berjudul Ta’zhimu at Tauhid fii Nufuusi ash Shighor (Pengagungan Tauhid Dalam Jiwa Anak Kecil). Pada kesempatan ini kita akan membahas ulasan beliau tentang nasehat indah yang disampaikan oleh Nabi shalallahu’alaihi wa sallam pada Abdulloh bin ‘Abbas ketika beliau berusia kurang dari 10 tahun. Hadits Jagalah Allah Maka Allah Akan Menjagamu Nabi kita muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat memperhatikan pembinaan generasi masa depan. Beliau shalallahu’alaihi wa sallam sangat memahami pentingnya penanaman iman atau tauhid kepada anak-anak.Diantara contoh nyata metode beliau shalallahu’alaihi wa sallam untuk menanamkan nilai-nilai iman pada usia anak-anak, dapat kita simak dari hadits Abdulloh bin Abbas rodhiyallahu’anhu berikut ini,   كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا Pada suatu hari, saya pernah (dibonceng) dibelakang Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam فَقَالَ : ” يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : Kemudian beliau shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: Nak… Aku akan mengajarkanmu beberapa kata احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah berada dihadapanmu إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، Dan jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، Ketahuilah, Jika sekelompok manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberi manfat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka merekabtidan akan mampu mencelakaimu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan menimpamu رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ “. Pena-pena (untuk menulis taqdir) telah diangkat dan lembaran lembaran (untuk menulis taqdir) sudah selesai ditulis (Hadits Riwayat at Tirmidzi no. 2516, Ahmad 2669. Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih) Mari kita simak penulis ( Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan ) ketika mengurai kandungan hadits ini yang terkait pada pembahasan kita. Wasiat Emas Ini Diterima Ibnu Abbas Ketika Belum Baligh Penulis berkata, ومن شواهد تعظيم التوحيد في نفوس الصغار. وصيته لابن عباس رضي الله تعالى عنهما، وكان عمر ابن عباس آنذاك دون البلوغ. Salah satu diantara dalil yang menunjukkan pengagungan nilai-nilai tauhid pada jiwa anak kecil (yang dilakukan nabi shalallahu’alaihi wa sallam) adalah wasiat beliau kepada ibnu ‘Abbas rodhiyallahu’anhumaa tatkala usia beliau belum baligh Benar sekali, ketika nabi shalallahu’alaihi wa sallam wafat, usia beliau adalah kurang lebih 10 tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu ‘Abbas rodhiyallaahu’anhumaa berkata, مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ، Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam wafat tatkala aku anak berusia 10 tahun (Hadits Riwayat Ahmad 2604, shohih) Jadi peristiwa dalam hadits, Ibnu ‘Abbas dibonceng rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam adalah ketika beliau belum baligh. Wasiat Tauhid Untuk Menjaga Allah Dan Manfaatnya Penulis berkata, ففيها الوصاية بحفظ أمر الله امتثالا، ونهيه اجتنابا، وأن من حفظ ذلك حفظه الله، ومن حفظ الله لعبده هدايته من ودلالته إلى ما فيه خيره في دينه ودنياه وآخرته. Dalam hadits ini terdapat wasiat untuk menjaga perintah Allah dengan melaksanakannya, dan menjaga larangannya dengan menjauhinya. Orang yang menjaga perintah dan laranganNya, maka Allah akan menjaganya. Siapa yang Allah menjaganya maka Allah memberikan hidayah dan petunjuk pada yang membawa kebaikan agama, dunia dan akherat Nasehat ini begitu pendek dan ringkas sehingga memudahkan seorang anak yang belum baligh, mampu menghafalnya dengan cepat. Wasiat ini kita temui pada ucapan nabi kita shalallahu’alaihi wa sallam احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah berada dihadapanmu dan ucapan beliau shalallahu’alaihi wa sallam احفظ الله تجده أمامك Jagalah Allah maka engkau akan mendapati Allah selalu didepanmu Wasiat Tauhid: Mintalah Hanya Kepada Allah Penulis berkata, ثم أوصاه بسؤال الله واستعانته به في تحقيق مطالبه وقضاء حوائجه Kemudian Nabi shalallahu’alaihi wa sallam memberi wasiat untuk meminta kepada Allah dan memohohon pertolongan kepada Allah untuk mewujudkan apa yang dicari dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Ini sebagaimana disampaikan nabi kita shalallahu’alaihi wa sallam إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، Dan jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah Wasiat Meyakini Takdir Allah Penulis berkata, ثم رسخ في نفسه أن المقادير بيد الله تعالى؛ فلن يصيبك نفع أو ضر إلا ما كتب لك أو عليك، ومهما اجتمع الخلق وأرادوا أمرا – لك أو عليك ـ فلن يكون إلا ما كتب لك. Kemudian menanamkan dalam jiwanya takdir-takdir ditangan Allah. Tidak akan pernah menimpa anda, manfaat atau kemudhorotan kecuali apa yang telah ditulis akan engkau dapatkan atau menimpamu. Walaupun makhluk berkumpul dan menginginkan suatu perkara yang bisa memberi manfaat atau memberi musibah kepadamu, maka tidak akan menimpamu kecuali apa yang ditakdirkan. Faidah ini sebagaimana disabdakan nabi shalallahu’alaihi wa sallam وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، Ketahuilah, Jika sekelompok manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberi manfat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka merekabtidan akan mampu mencelakaimu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan menimpamu رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ “. Pena-pena (untuk menulis taqdir) telah diangkat dan lembaran lembaran (untuk menulis taqdir) sudah selesai ditulis Wasiat Selalu Taat Dalam Keadaan Senang dan Manfaatnya Penulis berkata, أن من لزم طاعة الله تعالى في حال الرخاء فلن يخذله الله في حال الشده Barangsiapa yang melazimkan mentaati Allah tatkala dalam keadaan senang maka Allah tidak akan menelantarkannya tatkala ia dalam

Parenting Islam

Kisah Anak-Anak Yang Membuat Orang Dewasa Bertaubat: Kisah ke-1. Al Harits al Muhasibiy dan Penjual Kurma

Seorang anak yang didalamnya tertanam iman, ia akan mengucapkan kebaikan-kebaikan. Bahkan dari celotehan, teguran,dan pertanyaan mereka, mampu membuat kita tersadar. Terlalu banyak contoh anak-anak hebat seperti ini tatkala zaman keemasan islam. Namun sekarang, anak-anak seperti ini akan dicap keras, aneh bahkan tidak wajar. Saya akan mengajak anda menulusuri kisah-kisah yang tertulis di kitab ulama tentang cara unik anak-anak dizaman keemasan islam beramar ma’ruf nahi mungkar, insya Allah Kita mulai dengan kisah tentang al Harits al Muhasibiy yang ditulis dalam kitab Anbau Nujabaa-i al Abnaa’ karya Imam al Hafizh Ibnu Zhaffar al Makki rohimahulloh. Ibnu Zhaffar al Makki menyampaikan kisah al Harits ibn Asad al Muhasibi rodhiyallahu’anhu. Saat itu, al Harits masih berusia anak-anak. Ia melewati anak-anak lain yang mereka sedang bermain di depan pintu seorang laki-laki penjual kurma. al Harits berdiri dan meihat permainan anak-anak tersebut.Kemudan keluarlah pemilik rumah (penjual kurma) dengan membawa buah kurma. Kemudian pemilik rumah itu berkata kepada al Harits, “makanlah buah kurma ini”. Kemudian al Harits bertanya kepada penjual kurma itu. Ceritakan kepadaku tentang kurma tersebut (darimana anda mendapatkannya?). Kemudian lelaki itu bercerita,”Saya baru saja membeli kurma dari seseorang, kemudian aku mengambil kurma-kurma miliknya yang jatuh”. Kemudian al Harits kecil berkata kepada penjual kurma tersebut,”Apakah anda benar-benar mengetahuinya?”. Kemudian penjual kurma itu menjawab, “ya”. Kemudian al Harits kecil berpaling menghadap anak-anak yang tadi bermain dan berkata, “Apakah orang tua ini muslim?”. Kemudian anak-anak itu berkata, “ya, ya”. Kemudian tiba-tiba al Harits pergi meninggalkannya penjual kurma itu dan kurma yang akan diberikannya. Kemudian penjual kurma itu mengejar al Harits hingga berhasil menangkapnya. Kemudian ia berkata kepada al Harits kecil, “Kamu tidak akan aku lepas dari tanganku hingga kamu katakan kepadaku apa yang ada di benakmu tentang aku”. Kemudian al Harits berkata, “Wahai orang tua, jika anda seorang muslim, carilah pemilik kurma itu hingga engkau meminta kehalalan dari jual belimu seperti anda mencari air tatkala engkau benar-benar kehausan. Wahai orang tua, apakah anda memberi makan anak-anak muslim dengan harta haram sedangkan anda seorang muslim?. Kemudian Orang itu berkata, “Demi Allah aku tidak akan berdagang untuk dunia saja selamanya” Kitab Anbau Nujabaa-i al Abnaa’ karya Imam al Hafizh Abu Abdillah Muhammad ibn Abi Muhammad ibn Zhaffaral Makkiy as Siqliy (wafat 565 H) Halaman 148-149 FAEDAH PARENTING ISLAM DARI KISAH ——————————— 1. Anak yang terdidik dengan iman yang baik, maka ia akan mampu menjauhi hal yang haram walau ia masih tidak terbebani dosa. Rosululloh pernah mengajarkan beberapa kalimat penting pada seorang anak yang belum baligh yaitu Ibnu Abbas untuk mendidik imannya. Beliau bersabda, يَا غُلامُ ، إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ : احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَألْتَ فَاسأَلِ الله ، وإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ باللهِ ، “Wahai anak, aku akan mengajarkanmu beberapa kata. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah maka kamu akan dapati Allah selalu didepanMu. Kalau kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah” Hadits Hasan Shohih Riwayat Tirmidzi 2. Usia kecil tidaklah menghalangi mereka dengan kepolosan mereka untuk ber-amar ma’ruf nahi mungkar. Ini adalah salah satu contoh anak-anak yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dengan cara indah serta membuat orang yang bersalah bertaubat. Sebenarnya masih banyak kisah lain yang insya Allah akan saya tuliskan secara bertahap. 3. Strategi al Harits al Muhasibi untuk beramar ma’ruf nahi mungkar bisa ditiru oleh anak. seorang anak ketika mengatakan ini kepada orang tua, maka orang tua lebih cenderung menerima. Berbeda jika yang mengatakan adalah sebaya, yang terjadi adalah cekcok mulut saling mempertahankan pendapatnya. 28/11/2018 pukul 11:08 Rumahku, Merjosari, Lowokwaru, Malang Mudir Kuttab Rumah Qur’an Abu Ahmad Ricki Kurniawan  

Fiqih dan Ushul Fiqih

Niat Puasa Ramadhan

Penulis: Dian Ayu Tri Lestari Tamu istimewa ummat Islam akan datang. Dan muslim di penjuru dunia mempersiapkan datangnya tamu yang agung. Masyarakat muslim dianjurkan untuk berbahagia atas datangnya tamu yang ditunggu-tunggu karena termasuk bukti keimanan. Ramadhan. Sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya: ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”[1] Ulama menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan kita harus bergembira dengan datangnya Ramadhan. Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan, ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺑﺸﺎﺭﺓ ﻟﻌﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺑﻘﺪﻭﻡ ﺷﻬﺮ ﺭﻣﻀﺎﻥ ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﺧﺒﺮ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﺑﻘﺪﻭﻣﻪ ، ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﺇﺧﺒﺎﺭﺍً ﻣﺠﺮﺩﺍً ، ﺑﻞ ﻣﻌﻨﺎﻩ : ﺑﺸﺎﺭﺗﻬﻢ ﺑﻤﻮﺳﻢ ﻋﻈﻴﻢ  ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﺼﻴﺎﻡ .. ﻟﻠﻔﻮﺯﺍﻥ ﺹ 13 ) “Hadits ini adalah kabar gembira bagi hamba Allah hanh shalih dengan datangnya Ramadhan. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberi kabar kepada para sahabatnya radhiallahu ‘anhum mengenai datangnya Ramadhan. Ini bukan sekedar kabar semata, tetapi maknanya adalah bergembira dengan datangnya momen yang agung.“[2] Sebelum datangnya bulan Ramadhan, ada hal yang harus kita persiapkan baik mengenai syarat-syarat puasa, rukun puasa dan ketentuan syariat lainnya. Seperti halnya rukun puasa, salah satunya adalah niat. Semua perbuatan ibadah tergantung pada niatnya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” Letak niat dalam berpuasa adalah di dalam hati. Jika hati sudah berkehendak untuk menjalankan puasa Ramadhan maka sudah disebut dengan niat. Sebagaimana Muhammad Al Hishni berkata, لا يصح الصوم إلا بالنية للخبر، ومحلها القلب، ولا يشترط النطق بها بلا خلاف “Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadits yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati dan tidak disyaratkan dilafazhkan.”(Kifayatul Akhyar, hal. 248). Lantas kapan niat puasa itu ada? Imam Nawawi rahimahullah dalam kitab beliau Rowdhotth Tholibin, I/268 dan ini yang menjadi pendapat Malikiyah, Syafiyah, dan Hanabilah. dalilnya adalah hadits Ibnu Umar dari Hafshoh bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ “Barangsiapa siapa yang tidak berniat sebelum fajar, maka puasanya tidak sah.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’). Niat harus ada disetiap malam sebelum subuh diperuntukkan pada puasa setelahnya. Jadi tidak cukup satu niat untuk hari puasa dalam sebulan. Karena setiap hari dalam puasa ramadhan adalah hari yang berdiri sendiri dan ibadah yang dilakukan berulang sehingga perlu ada niat di masing-masing hari di bulan Ramadhan. (Al Fiqhul Manhaji, hal. 340-341) Begitu pula pendapat Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad. Sehingga jika ada yang tidur setelah Ashar dan bangun setelah terbit dajar sbuh keesokan harinya, maka puasanya tidak sah karena tidak ada niat sebelumnhya (pada malam harinya).[3] Perkara bagaimana melafadzkan niat itu pembahasan yang berbeda. Niat letaknya di hati, ketika malam hari terbersit untuk ingin berpuasa di keesokan harinya maka itu sudah dinamakan dengan niat. Sebagaimana Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika ditanya mengenai niat diawal ibadah. Apakah niat harus dilafadzkan atau diucapkan “nawaitu shauma…” atau “usholli” itu diwajibkan? Maka beliau menjawab, “Segala puji bagi Allah. Niat thoharoh (bersuci) seperti akan berwudhu, mandi, tayamum, niat shalat, puasa, haji dan zakat, menunaikan kafaroh, serta berbagai ibadah lainnya, niat tersebut tidak perlu dilafazhkan. Bahkan yang benar, letak niat adalah di hati dan bukan di lisan, inilah yang disepakati para ulama. Seandainya seseorang salah mengucapkan niat lewat lisannya, lalu berbeda dengan apa yang ada di hatinya, maka yang jadi patokan adalah apa yang ada di hatinya, bukan apa yang ia ucapkan (lafazhkan).[4] Wallahu a’lam [1] HR. Ahmad dalam Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991) [2] Ahaditsus Shiyam hal.13 [3] https://rumaysho.com/3425-niat-di-malam-hari-bagi-puasa-wajib.html [4] https://rumaysho.com/1157-keanehan-anjuran-melafazhkan-niat.html

Scroll to Top