Mabadi’ ‘Ilmu Tajwid
Bismillah, Alhamdulillah. Allahumma sholli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad, amma ba’du. Pengunjung website kuttab-rumahquran.com yang dirahmati Allah… Banyak sekali cara mengajarkan akhlak yang digunakan oleh masyarakat. Sejak usia PAUD, kita sudah mempelajari akhlak namun menggunakan metode mengerjakan LKS. Sebagian orang beranggapan bahwa pengajaran akhlak bisa selesai dengan hanya mengajarkan teori. Orang yang memegang pendapat ini menganggap seorang anak otomatis beraklak baik ketika nila LKS atau ulangan harian Aqidah Akhlak atau Pendidikan Budi Pekerti mendapat nilai 100. Sebagian lagi berpendapat bahwa pendidikan akhlak harus diperoleh dengan instan, seorang anak harus cepat menjadi baik. Orang yang berpendapat seperti ini, akan menyalahkan orang lain ketika ia melihat anaknya terlihat tidak bersikap baik. Ia tidak melihat bagaimana ia membiasakan anaknya dan bagaimana seorang anak membutuhkan proses panjang untuk mengetahui perbuatan benar dan terbiasa melakukannya dan mengetahui perbuatan buruk dan terbiasa menjauhinya. Berbeda dengan ulama islam, pendidikan akhlak tidaklah diajarkan melalui teori saja. Mereka mendidik akhlak melalui keteladanan dan pembiasaan dalam waktu lama. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim al Jauziyah, seorang ulama yang meninggal tahun 751 hijriyah. Dalam tulisan ini, izinkan saya sedikit mengulas penjelasan beliau tentang cara mengajarkan adab kepada anak Matan Kitab Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud ومما يحتاج إليه الطفل غاية الاحتياج الاعتناء بأمر خلقه فإنه ينشأ على ما عوده المربي في صغره من حرد وغضب ولجاج وعجلة وخفة مع هواه وطيش وحدة وجشع فيصعب عليه في كبره تلافي ذلك وتصير هذه الأخلاق صفات وهيئات راسخة له فلو تحرز منها غاية التحرز فضحته ولا بد يوما ما ولهذا تجد أكثر الناس منحرفة أخلاقهم وذلك من قبل التربية التي نشأ عليها Penjelasan Ibnu Qoyyim al Jauziyyah memandang bahwa terkadang anak memiliki sifat bawaan yang buruk, sifat-sifat itu contohnya adalah sikap senang mengucilkan diri ketika marah, marah, keras kepala, tergesa-gesa, mudah mengikuti hawa nafsu, kurang berhati-hati, tempramen, serakah. Jika seorang anak terbiasa dari sifat ini, kemudian ia tumbuh dewasa dengan sifat ini, maka sifat buruk ini akan melekat pada dirinya dan sulit dihilangkan ketika ia telah dewasa. Bahkan beliau mengatakan, ولهذا تجد أكثر الناس منحرفة أخلاقهم وذلك من قبل التربية التي نشأ عليه Oleh karena itu, kita mendapati, kebanyakan manusia yang akhlaknya menyimpang, hal itu disebabkan dari pendidikan sebelumnya yang seorang anak tumbuh dan terbiasa dengannya Kaidah penting dalam pendidikan akhlak menurut beliau adalah إنه ينشأ على ما عوده المربي في صغره Seorang anak akan tumbuh diatas (sikap dan sifat) yang dibiasakan pengasuhnya tatkala ia kecil. Imam Ibnu Qoyyim berkata, ومما يحتاج إليه الطفل غاية الاحتياج الاعتناء بأمر خلقه فإنه ينشأ على ما عوده المربي في صغره من حرد وغضب ولجاج وعجلة وخفة مع هواه وطيش وحدة وجشع فيصعب عليه في كبره تلافي ذلك وتصير هذه الأخلاق صفات وهيئات راسخة له فلو تحرز منها غاية التحرز فضحته ولا بد يوما ما ولهذا تجد أكثر الناس منحرفة أخلاقهم وذلك من قبل التربية التي نشأ عليه Hal yang dibutuhkan seorang anak adalah walinya memperhatikan akhlaknya. Seorang anak akan tumbuh diatas perbuatan yang dibiasakan oleh murobbinya tatkala anak tersebut masih kecil. Contohnya adalah perbuatan senang mengucilkan diri ketika marah, pemarah, keras kepala, tergesa-gesa, mudah mengikuti hawa nafsu, kurang berhati-hati, tempramen,dan serakah. Jika seorang anak terbiasa dengan perbuatan buruk ini, akan sulit bagi anak itu untuk mengilangkannya ketika ia telah dewasa. Perbuatan ini akan menjadi sifat anak itu dan menjadi bentuk yang kuat dalam dirnya. sehingga tatkala ia berusaha maksimal menjaga diri dari perbuatan buruk tersebut, perbuatan buruk itu akan tetap mempengaruhinya pada suatu hari. Oleh karena itu, kita mendapati, kebanyakan manusia yang akhlaknya menyimpang, hal itu disebabkan dari pendidikan sebelumnya yang seorang anak tumbuh dan terbiasa dengannya Kesimpulan Kita harus memperhatikan sikap anak dengan perhatian maksimal Jika kita mengetahui ada sikap buruk anak dan ia sering melakukan itu, maka kita harus berusaha menghilangkannya dengan cara membiasakan sikap yang berlawanan dengan sikap buruk tersebut. Kita tidak boleh membiarkan sikap buruk ini dengan beralasan fitroh anak. Ketika sifat buruk ini tidak dihilangkan maka akan mengakar kuat pada anak tersebut ketika ia dewasa. Merubah kebiasaan buruk akan menjadi sulit ketika anak telah terbiasa dengannya. Bahkan kebiasaan ini akan mempengaruhinya tatkala anak berusaa menjaga diri darinya Orang yang memiliki akhlak menyimpang, kebanyakan disebabkan karena pendidikan dan kebiasaannya tatkala ia kecil Referensi al Jauziyyah, Ibnu Qoyyim. 1391 H. Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud Tahqiq Abdul Qodir al Arnauth. Maktabah Dar al Bayan halaman 240-241 al Jauziyyah, Ibnu Qoyyim. Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud Tahqiq Utsman ibn Jum’ah Dlumairiyyah. Dar ‘ilmu Fawaid halaman 349-350
MATAN KITAB Imam Abu Ibrohim Ismail ibn Yahya al Muzani rohimahulloh berkata, الْوَاحِدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَّلَا وَلَدٌ جَلَّ عَنِ الْمَثِيلِ فَلَا شَبِيهَ لَهُ وَلَا عَدِيلَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ الْعَلِيمُ الْخَبِيرُ الْمَنِيعُ الرَّفِيعُ Allah Maha Esa. Semua makhluk bergantung kepada-Nya. Ia tidak memiliki istri dan anak. Tidak ada yang serupa dan sepadan dengan Allah. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Alah Maha Mengetahui secara umum dan terperinci. Allah Maha Mencegah dan Maha Tinggi. Doktor Jamal ‘Aazun dalam penelitiannya tentang kitab ini, mengumpulkan 3 naskah dengan riwayat yang berbeda-beda. Naskah utama adalah naskah yang diperoleh di perpustakaan Ali Basya di turki, kemudian dilengkapi dengan naskah yang dukumpulkan oleh Ibnul Qoyyim, dan satu naskah lain yang diperoleh di Perpustakaan Syaikh al ‘Allamah Hammad ibn Muhammad al Anshori. Untuk lafazh ini tidak ada perbedaan dalam 3 naskah tersebut. FAIDAH SYARAH DARI PARA ULAMA Bagaimana cara ahlus sunnah mengimani nama dan sifat Allah? Ahlus sunnah menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang ditetapkan Allah dalam al Qur’an, dan Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam dalam hadits tanpa tahrif, ta’thil, takyif, dan tamtsil. Apa yang dimaksud tahrif? Tahrif adalah merubah lafazh atau makna nama dan sifat Allah Apa yang dimaksud ta’thil? Ta’thil adalah menolak sebagian atau seluruh nama dan sifat Allah Apa yang dimaksud takyif? Takyif adalah merinci dan menanyakan bagaimana nama dan sifat Allah Apa yang dimaksud tamtsil? Tamtsil adalah menyerupakan nama dan sifat Allah dengan makhluk-Nya Apa yang dimaksud Allah Maha Tunggal (الْوَاحِدُ)? Allah Maha Tunggal dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat. Tauhid dibagi menjadi 3, yaitu tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Tauhid Rububiyyah artinya kita wajib meyakini bahwa Allah adalah Rabb, Pemilik segala sesuatu, Maha Pencipta, Maha Mengatur alam dan menjalankannya, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan Tauhid Uluhiyyah artinya kita wajib meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya ilah yang berhak disembah dan ilah lain tidak berhak disembah. Tauhid Asma’ wa Shifat artinya kita wajib meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat-sifat mulia yang sempurna dan bebas dari kekurangan. Al Waahid dan al Ahad adalah termasuk dari nama-nama Allah. Dalilnya: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.[1] قُلْ إِنَّمَا أَنَا مُنذِرٌ ۖ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ Katakanlah (ya Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan, dan sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan Maha Mengalahkan.[2] Apa yang dimaksud semua makhluk bergantung kepada Allah (الصَّمَدُ)? Ash Shomad adalah termasuk salah satu nama Allah. Dalilnya adalah اللَّهُ الصَّمَدُ Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.[3] Setiap nama Allah terkadang menunjukkan satu sifat Allah dan terkadang menunjukkan banyak sifat Allah. Nama Allah yang menunjukkan satu sifat Allah contohnya al ‘Aliim menunjukkan sifat ‘ilmu Allah, as Samii’ menunjukkan sifat mendengarnya Allah. Nama Allah yang menunjukkan banyak sifat Allah adalah ash Shomad, as Sayyid, al Majid, al Hamid. Arti ash-Shomad adalah para makhluk menggantungkan hajat kebutuhan dan masalah mereka kepada Allah karena Allah memiliki kesempurnaan kemuliaan, keagungan, kehormatan, kebijaksanaan, dan keilmuan sehingga Allah tidak membutuhkan pembantu atau penolong. Ash Shomad berarti juga tidak dilahirkan dan tidak melahirkan karena sesuatu yang dilahirkan pasti mati, dan yang mati pasti mewariskan, sedangkan Allah tidak mati dan tidak mewariskan. Apa yang dimaksud Allah tidak memiliki istri dan anak (الَّذِي لَيْسَ لَهُ صَاحِبَةٌ وَلَا وَلَدٌ) ? Shoohibah artinya adalah istri. Allah tidak memiliki istri dan anak karena kesempurnaan-Nya. Sesuatu yang memiliki istri dan anak pasti membutuhkan istri dan anaknya. Dalilnya adalah وَأَنَّهُ تَعَالَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.[4] لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, [5] Apa yang dimaksud Allah Maha Mulia dari yag semisal dan tidak ada yang serupa atau sama dengan Allah (جَلَّ عَنِ الْمَثِيلِ فَلَا شَبِيهَ لَهُ وَلَا عَدِيلَ)? Tidak ada yang serupa dengan Allah. Tidak ada yang serupa dalam nama, sifat, keagungan dan kebesaran Allah. ‘Aadil artinya sepadan. Siapapun yang menyekutukan Allah atau menganggap ada yang serupa dengan Allah maka dia kafir sebagaimana kaum musyrik mekkah yang menjadikan sekutu bagi Allah. Dalil pernyataan ini adalah: وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia[6] Apa yang dimaksud Allah Maha Mendengar (السَّمِيعُ) ? As Sami’ adalah termasuk salah satu nama Allah. Dalilnya ۚ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.[7] As Sami’ menunjukkan Allah memiliki sifat mendengar. Setiap nama Allah pasti menunjukkan satu atau beberapa sifat Allah yang sempurna. Sifat pendengaran Allah meliputi segala macam suara. Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam meriwayat dari Allah dalam hadits Qudsi: يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ اجْتَمَعُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى ثُمَّ أَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ مَا سَأَلَ لَمْ يَنْقُصْ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْبَحْرُ يُغْمَسَ فِيهِ الْمِخْيَطُ غَمْسَةً وَاحِدَةً Wahai hamba-hambaKu, seandainya yang pertama hingga yang terakhir dari kalian baik dari kalangan manusia dan jin berkumpul pada satu bukit kemudian meminta kepadaku, kemudian aku memberikan permintaan setiap orang dari mereka sesuai yang diminta, maka hal itu tidaklah mengurangi sesuatu dari kerajaanku kecuali berkurangnya satu tetes air laut yang jatuh dari jarum yang dicelupkan padanya[8] Allah mendengar semua suara orang yang meminta walaupun dengan bahasa berbeda, dengan suara yang lirih, permintaan berbeda-beda, dan dalam waktu yang sama. Seorang mukmin yang mengimani as Sami’ maka akan selalu berhati-hati pada ucapan dan perilakunya karena Allah mendengar semua suara dan akan menghisab ucapan dan perbuatan kita di hari kiamat. Apa yang dimaksud Allah Maha Melihat (الْبَصِيرُ) ? Al Bashiir adalah termasuk nama Allah. Dalilnya adalah dalam asy Syuro (42:11). Nama al Bashir menunjukkan sifat melihat Allah pada semua yang tampak Apa yang dimaksud Allah Maha Mengetahui (الْعَلِيمُ) ? Al ‘Aliim termasuk nama Allah. Dalilnya وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.[9] Ilmu Allah meliputi segala sesuatu baik di langit atau di bumi. Allah mengetahui sesuatu yang sudah terjadi atau belum terjadi. Allah mengetahui sesuatu yang belum terjadi dan bagaimana jika sudah terjadi. Ilmu Allah tidak