Takut Kematian
Mengingat kematian adalah ibadah yang sangat dianjurkan. عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ. Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi) Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.” (Lihat Majmu’ fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474) Di dalam kitab Syarhus Sunnah yang dipelajari ananda di SDTA Kuttab Rumah Qur’an disebutkan: 9 – وَالخَلْقُ مَيِّتُونَ بِآجَالِهِمْ عِنْد نَفَادِ أَرْزَاقِهِمْ وَانْقِطَاعِ آثَارِهِمْ. [9] Semua makhluk akan mati sesuai ajalnya (batas akhir) bersamaan habisnya rizkinya dan terputusnya amalnya (sesuai yang tercantum di Lauhul Mahfuzh). 10 – ثُمَّ هُمْ بَعْدَ الضَّغْطَةِ فِي القُبُورِ مُسَاءَلُونَ. [10] Lalu setelah terkena himpitan kubur, mereka ditanya (Munkar Nakir). 11 – وَبَعْدَ البِلَى مَنْشُورُونَ، وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى رَبِّهِمْ مَحْشُورُونَ. [11] Setelah lenyap jasadnya, mereka dibangkitkan, dan pada Hari Kiamat mereka dikumpulkan hanya kepada Rob-nya. وَلَدَى العَرْضِ عَلَيْهِ مُحَاسَبُونَ، بِحَضْرَةِ المَوَازِينِ وَنَشْرِ صُحُفِ الدَّوَاوِينَ، أَحْصَاهُ اللهُ وَنَسُوهُ، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ. Setelah dipaparkan amalnya, mereka dihisab, dengan didatangkan Timbangan dan diserahkannya Catatan Amal. Allah menghitungnya dengan sangat teliti tetapi orang-orang sudah lupa perbuatannya. Peristiwa itu terjadi dalam sehari yang kadarnya seperti 50.000 tahun.[19] لَو كَانَ غَيْرُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الحَاكِمِ بَيْنَ خَلْقِهِ، لَكِنَّهُ اللهُ يَلِي الحُكْمَ بَيْنَهُمْ بِعَدْلِهِ، بِمِقْدَارِ القَائِلَةِ فِي الدُّنْيَا، وَهُوَ أَسْرَعُ الحَاسِبِينَ Seandainya bukan Allah Yang Maha Bijaksana yang mengadili semua makhluk-Nya (tentu tidak bisa adil), akan tetapi Allah sendiri yang menangani pengadilan tersebut dengan adil di antara para hamba-Nya, kadarnya seperti tidur siang sewaktu di dunia[20]. Allah sangat cepat hisab-Nya. كَمَا بَدَأَهُ لَهُمْ مِنْ شَقَاوَةٍ وَسَعَادَةٍ يَوْمَئِذٍ يَعُودُونَ، فَرِيقٌ فِي الجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرُ. Sebagaimana Allah sudah memulai penciptaan pertama mereka disertai nasib celaka (masuk Neraka) atau bahagia (masuk Surga), Allah akan mengulangi penciptaannya lagi (pada Hari Kebangkitan). Sebagian orang masuk Surga dan sebagian lain masuk Neraka Sa’ir. 12 – وَأَهْلُ الجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ فِي الجَنَّة يَتَنَعَّمُونَ، وَبِصُنُوفِ اللَّذَّاتِ يَتَلَذَّذُونَ، وَبِأَفْضَلِ الكَرَامَاتِ يُحْبَرُونَ. [12] Ahli Surga pada hari itu bersenang-senang di Surga dengan berbagai jenis kelezatan. Mereka gembira atas karunia terbaik. 13 – فَهُمْ حِينَئِذٍ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْظُرُونَ، لَا يُمَارُونَ فِي النَّظَرِ إِلَيْهِ وَلَا يَشُكُّوْنَ، فَوُجُوهُهُمْ بِكَرَامَتِهِ نَاضِرَةٌ، وَأَعْيُنُهُمْ بِفَضْلِهِ إِلَيْهِ نَاظِرَةٌ، فِي نَعِيمٍ دَائِمٍ مُقِيمٍ، وَ﴿لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ﴾، ﴿أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا تِلْكَ عُقْبَى الَّذِيْنَ اتَّقَوا وَعُقْبَى الكَافِرِينَ النَّارُ﴾. [13] Pada waktu itu mereka melihat Rob-nya. Mereka tidak saling berdesakan dalam melihat-Nya dan tidak pula merasa berat pandangannya. Wajah mereka berseri bahagia dengan karunia-Nya. Mata mereka melihat Allah dengan karunia-Nya. Kenikmatan tersebut terus-menerus selamanya. “Mereka tidak tertimpa keletihan di dalam Surga dan tidak pula mereka dikeluarkan darinya.” (QS. Al-Hijr: 48) “Buah-buahan Surga selalu tersedia matang dan begitu pula naungannya. Itulah balasan bagi orang-orang bertaqwa, sementara balasan bagi orang-orang kafir adalah Neraka.” (QS. Ar-Ro’du: 35) وَأَهْلُ الجَحْدِ ﴿عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ﴾ وَ﴿فِي النَّارِ يُسْجَرُونَ﴾، ﴿لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ﴾ و﴿لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ﴾ الْآيَةَ، خَلَا مَنْ شَاءَ اللهُ مِنَ المُوَحِّدِينَ إِخْرَاجَهُمْ مِنْهَا. Sementara orang-orang yang mengingkari, “Pada hari itu mereka terhalangi dari melihat Allah, (QS. Al-Muhoffifin: 15),” dan “mereka dibakar di Neraka (QS. Ghōfir [40]: 72)”, “amat buruk perbuatan yang telah dikerjakan mereka karena menjadikan Allah marah kepada mereka, dan mereka kekal selama-lamanya di dalam siksa, (QS. Al-Maidah: 80),” dan “mereka tidak dituntaskan dengan dimatikan dan siksanya tidak pula diringankan, dan demikianlah kami membalas setiap orang kafir, (QS. Fāthir: 36)”. Dikecualikan oleh Allah dari penduduk Neraka, orang-orang yang mentauhidkan-Nya bahwa mereka akan dikeluarkan darinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mengingat kematian agar terus bersemangat melaksanakan ketaatan dan menjauhi kemungkaran, sebagaimana ananda santri yang merasa takut akan kematian karena khawatir pada amalannya yang sedikit dan banyaknya dosa. Semoga Allah menjaga kelembutan hati kita dan hati mereka. Redaksi hadits diambil dari muslim.or.id dan terjemah matan diambil dari terjemahmatan.com