Artikel

Faidah Singkat, Fikih Pendidikan Anak, Parenting Islam

Bolehkah Membeda-bedakan Pemberian kepada Anak?

Membedakan pemberian kepada anak bukanlah perbuatan tidak adil.   Perhatikan kisah Nu’man bin Basyir yang merupakan perintah berbuat adil kepada anak.   انْطَلَقَ بِي أَبِي يَحْمِلُنِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، Aku berjalan bersama ayahku, kemudian ayahku membawaku kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam.   فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، اشْهَدْ أَنِّي قَدْ نَحَلْتُ النُّعْمَانَ كَذَا وَكَذَا مِنْ مَالِي. Kemudian ayahku berkata, “Wahai Rasulullah, saksikanlah bahwa aku telah memberi hadiah kepada Nu’man ini dan ini dari harta milikku.”   فَقَالَ : ” أَكُلَّ بَنِيكَ قَدْ نَحَلْتَ مِثْلَ مَا نَحَلْتَ النُّعْمَانَ ؟ Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah seluruh anakmu telah kau berikan hadiah serupa dengan yang kau berikan kepada Nu’man?”   ” قَالَ : لَا. قَالَ : ” فَأَشْهِدْ عَلَى هَذَا غَيْرِي “، Ayah Nu’man mengatakan, “tidak.” Kemudian Rasulullah bersabda, “kalau begitu persaksikan pada selainku.”   ثُمَّ قَالَ : ” أَيَسُرُّكَ أَنْ يَكُونُوا إِلَيْكَ فِي الْبِرِّ سَوَاءً ؟ ” قَالَ : بَلَى. قَالَ : ” فَلَا إِذَنْ “. Kemudian Rasulullah bersabda, “apakah kamu senang jika mereka sama sama berbakti kepadamu?” Ayah Nu’man menjawab, “tentu.” Kemudian Rasulullah menjawab, “kalau begitu, jangan lakukan. ” (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)   Perhatikan sabda nabi shalallahu’alaihi wa sallam, أَكُلَّ بَنِيكَ قَدْ نَحَلْتَ مِثْلَ مَا نَحَلْتَ النُّعْمَانَ ؟ dalam riwayat lain أَكُلَّهُمْ وَهَبْتَ لَهُ مِثْلَ هَذَا ؟ dalam riwayat lain أَعْطَيْتَ سَائِرَ وَلَدِكَ مِثْلَ هَذَا ؟ Semua menggunakan lafazh (مِثْلَ) bukan (سَوَاءً). Arti مِثْلَ adalah الشِّبه والنظير yang artinya serupa dan sepadan berbeda dengan lafazh (سَوَاءً) yang artinya مستوي yang artinya sama.   Karena itu Syaikh Shalih Al Munajjid mengatakan, ولا يجوز له أن يفاوتَ في العطيةِ إلَّا لسببٍ Tidak boleh membedakan pemberian kepada anak kecuali dengan sebab.   Misal warisan yang harus membagi laki laki berbeda dengan perempuan. Misal usia dimana anak kecil diberi berbeda dengan anak yang sudah besar. Misal kebutuhan dibelikan mainan atau kebutuhan hidup. Misal hikmah tertentu untuk mendorong anak lebih bertakwa dengan memberi yang hafal Qur’an saja, yang akhlaknya baik saja dll. Semoga bermanfaat (Fawaid Abu Ahmad Ricki Al Malanjiy)   Ingin dapat faidah faidah harian?, Yuk gabung di grup Info Kuttab Rumah Qur’an https://chat.whatsapp.com/K4dODXojzlF5sisFKCq1Aq

Parenting Islam

Tanamkan Keyakinan Tentang Kehidupan Setelah Mati: Resep Jitu Menjadikan Anak Nakal Jadi Penurut

Pernahkah anda melihat seorang anak kecil berusia kurang dari 10 tahun datang ke sebuah kuburan kemudian sholat jenazah bersama orang-orang dewasa? Pada zaman ini, anak kecil datang ke kuburan saja sangat sedikit karena para orang tua takut kalau anak tersebut pulang membawa “ruh halus”. Sebuah keyakinan yang keliru tentang sebuah kuburan. Kalaupun anak kecil datang ke kuburan, kemungkinan besar mereka bermain “mercon” karena mereka dilarang bermain mercon di pemukiman warga. Ternyata mendidik seorang anak untuk mengingat kematian adalah pendidikan yang bagus. Ketika keimanan tentang hidup setelah mati tertanam kuat pada hati seorang anak, maka akan sangat mudah bagi kita sebagai orang tua, untuk meluruskannya dengan cara mengingatkannya dengan pahala, surga, siksa, dan neraka. Barangsiapa yang selalu mengingat kematian dan beramal untuk kehidupan setelah kematian maka ia akan memperoleh kemuliaan di dunia dan akhirat karena kematian adalah obat dari segala macam kebaikan dan penyakit hati serta pencegah dari banyak sekali perbuatan buruk. (‘Abdul-Mu’thii, 1431 H (2010 M)) Ketika kita ingin membenahi kesalahan anak-anak kita, kita bisa menggunakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita dan anak-anak kita untuk mengingatkan tentang kematian dan negeri akhirat. Salah satu caranya adalah dengan cara mengajak mereka berziarah kubur dan mensholati jenazah. (‘Abdul-Mu’thii, 1431 H (2010 M)) Apakah Metode Pendidikan Ini Ada Contohnya Dari Kaum Salaf? Mari kita simak suatu bab di kitab shohih Bukhori (al-Bukhaariy, 1407 H (1987 M)). Imam Bukhori berkata, بَابُ صَلَاةِ الصِّبْيَانِ مَعَ النَّاسِ عَلَى الْجَنَائِزِ “Bab sholat jenazahnya anak bersama manusia” Kemudian beliau menyampaikan hadits nomor 1262 (al-Bukhaariy, 1407 H (1987 M)). Dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata, أَتَى رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قَبْرًا، فَقالوا: هذا دُفِنَ – أوْ دُفِنَتْ – البَارِحَةَ، قالَ ابنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عنْهمَا: فَصَفَّنَا خَلْفَهُ، ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا. ”Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menjumpai sebuah makam. Kemudian para sahabat berkata: “Ini (laki-laki / perempuan) dimakamkan kemarin.” Kemudian Ibnu Abbas berkata: “Kemudian kami membentuk shof di belakang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian sholat atas jenazah itu.” Tahukah anda usia Ibnu Abbas ketika itu? Jika Ibnu Abbas berusia sekitar 10 tahun ketika Nabi shallallahu’alaihi wa sallam wafat, tentunya kejadian ini terjadi ketika beliau berumur di bawah 10 tahun. Manakah di antara anak kecil sekarang yang sholat jenazah bersama orang dewasa? Bagaimana Metode Praktis Menanamkan Keyakinan Kehidupan Setelah Mati kepada Anak? 1. Membacakan hadits-hadits tentang perjalanan manusia setelah mati. Kita bisa membacakan hadits-hadits ini dengan metode berkisah. Hadits- hadits ini akan melekat kuat ketika kita bacakan kepada anak-anak sebelum tidur. Jika tidak bisa menghafalnya, kita bisa membaca bersama-sama dengan anak agar tertanam ikatan hati antara orang tua dan anak sekaligus memudahkan penanaman aqidah kehidupan setelah kematian. 2. Membantu anak menghafal ayat dan hadits ringkas tentang kehidupan setelah mati. Caranya cukup dengan membaca bersama sama anak berulang kali hingga mereka hafal dengan sendirinya. Setelah anak-anak mampu hafal matan arab, mereka dibantu untuk menghafal terjemahan dari matan tersebut. 3. Sering mengucapkan dan mengingatkan anak tentang kehidupan setelah mati. Saat kita mendampingi anak, kita perlu selalu menyambungkan sebuah peristiwa dengan kehidupan setelah mati. Jika ini sering dan berulang kali kita lakukan, maka aqidah kehidupan setelah mati akan tertanam kuat, dengan izin Allah. Contohnya ketika listrik dirumah kita padam sehingga terjadi gelap. Maka kita peluk anak kita, sambil kita berkata, “Nak, semoga Allah melindungi kita dari beratnya siksa di alam barzakh. Nanti pada saatnya kita akan mengalami gelapnya di dalam kubur.” Contohnya lagi ketika sedang membakar ikan untuk dimakan. Kita mungkin bisa menunjukkan bagaimana kulit ikan yang kita bakar melepuh dan menghitam. Kemudian kita berkata, “Nak, semoga Allah melindungi kita dari beratnya siksa neraka. Penduduk neraka akan dibakar oleh api neraka yang panasnya jauh lebih panas daripada api yang membakar ikan ini.” Kata kuncinya adalah kaitkan semua kejadian yang dialami anak dengan kehidupan akhirat. Malang, 19 Syawal 1441H (11 Juni 2020) Abu Ahmad Ricki Kurniawan Kuttab Rumah Qur’an Malang Referensi: ‘Abdul-Mu’thii, ‘. M. (1431 H (2010 M)). Kaifa Nu’aaliju Akhthaa`a Abnaainaa. al-Andalus al-Jadiidah. al-Bukhaariy, M. b. (1407 H (1987 M)). al-Jaami’u ash-Shahiih al-Mukhtashar. al-Yamaamah, Beirut, Libanon: Daar Ibnu Katsiir. Whatsapp Kuttab Rumah Qur’an: > Usia Dini: Ustadzah Ummu Ahmad (0815-5541-1255) > Usia Sekolah Dasar: Ustadz Abu Ahmad Ricki (085604650342) Website www.kuttab-rumahquran.com Fanpage Facebook: Kuttab Rumah Qur’an Youtube: Kuttab RumahQuran Grup PIKuRuQu Whatsapp: https://chat.whatsapp.com/HQFqfrqUBcvDSGXraERs7x Telegram: https://t.me/PIKuRuQu

Parenting Islam

Mendulang Faidah Dari Masa Kecil Para Ulama: Sahl at Tustari (1)

لما بلغ عمره ثلاث سنين كان يسهر الليل ينظر الى صلاة خاله محمد بن سوار. وربما قال له خاله محمد قم يابني فارقد فقد شغلت قلبي. “Tatkala Sahl at Tustari berumur 3 tahun pernah terbangun pada suatu malam. Ia melihat pamannya, Muhammad ibn Sawwar sedang melakukan sholat. Kemudian pamannya, Muhammad berkata, “Bangunlah, anakku, kemudian tidurlah dengan nyenyak. Kamu telah menyibukkan hatiku.” FAIDAH 1. Seorang anak belajar dari apa yang mereka lihat. Ketika mereka melihat orang yang disayangi dan dihormati mereka melakukan sesuatu, maka akan mudah ditiru oleh seorang anak. Sahl at Tustari dikelilingi oleh keluarga yang sholih, sehingga ibadah, pengajaran, dan teladan mudah terserap pada jiwa Sahl at Tustari kecil. 2. Pengajaran dengan teladan langsung lebih mengena dan menetap pada jiwa anak daripada sekedar teori. 3. Sering-seringlah memanggil anak dengan panggilan kesayangan. Seperti Muhammad ibn Sawwar memanggil Sahl at Tustari yang saat itu berusia 3 tahun dengan kata ‘yaa bunayya’. وربما رائ ذلك خاله قال له الا تذكر الله الذي خلقك. قال كيف أذكره. قال قل في نفسك من غير ان تحرك به لسانك اذا جنك الليل الله معي، الله ناظر الي، الله شاهد على ثلاث مرات ففعل ذلك “Tatkala Paman Sahl at Tustari melihat Sahl bangun, beliau berkata kepada Sahl at Tustari, “Tidakkah engkau mau mengingat Allah yang telah menciptakanmu?” Sahl berkata, “Bagaimana aku bisa mengingat Allah?” Paman Sahl at Tustari berkata, “Ucapkanlah dalam hatimu tanpa menggerakkan lidahmu tatkala engkau akan tidur di malam hari, “Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku” sebanyak 3 kali. Kerjakanlah hal itu.” FAIDAH 1. Perhatikan cara bicara kepada Sahl yang masih berusia 3 tahun. Beliau tidak menganggap Sahl masih kecil dan belum perlu ditanamkan keimanan dengan mengatakan, “Tidakkah engkau mau mengingat Allah yang telah menciptakanmu?” di tengah malam. Kita bisa mencontoh cara bicara Muhammad ibn Sawwar kepada anak berusia 3 tahun untuk menanamkan keimanan kepadanya. 2. Perhatikan metode Muhammad ibn Sawwar yang mengaitkan dengan motivasi “Allah yang telah menciptakanmu”. Metode ini bisa kita gunakan saat kita meminta anak-anak melakukan ibadah. Rumusnya adalah (pertanyaan: tidakkah) + (ibadah: engkau mau mengingat Allah) + (tauhid dan keimanan: yang telah menciptakanmu). 3. Para ulama tidak memandang kecilnya usia untuk mengajarkan ibadah dan keimanan. Bahkan sejak umur 3 tahun sudah diajarkan suatu amalan untuk menanamkan muroqobah. 4. Metode Syaikh Muhammad ibn Sawwar dalam menanamkan muroqobah bisa diterapkan kepada anak anak dengan sering mengatakan, “Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku” sebelum tidur. ثم قال له خاله قله سبع مرات في كل ليلة ففعل ذلك مدة ثم قال قله احدى عشر مرة في كل ليلة ففعل ذلك Kemudian paman beliau (Muhammad ibn Sawwar) berkata kepada beliau, “Ucapkanlah 7 kali di setiap malam.” Kemudian Sahl melakukan hal itu beberapa lama. Kemudian paman beliau (Muhammad ibn Sawwar) berkata kepada beliau, “Ucapkanlah 11 kali di setiap malam” Kemudian Sahl melakukan hal itu. FAIDAH 1. Perhatikan bagaimana dengan lembut, Muhammad ibn Sawwar mengajarkan suatu amalan agar dalam jiwa Sahl tertanam muroqobatillah (merasa dekat dengan Allah). Beliau memulai dari jumlah yang ringan: 3 kali setiap malam hingga 11 kali. Jika Sahl kecil langsung diminta membaca 11 kali, maka ia tidak mampu. Begitu pulalah ketika kita mengajarkan ibada kepada anak kecil. Kita harus memulainya dari hal yang mampu dikerjakan anak. Kemudian sedikit demi sedikit kita tingkatkan hingga ia mampu beribadah sebagaimana ketika ia sudah mencapai usia diwajibkannya ibadah kepadanya. 2. Perhatikan bagaimana Sahl at Tustari yang bersemangat melaksanakan yang diperintahkan oleh paman beliau, karena beliau melihat sendiri kualitas ibadah paman beliau di malam hari. قال سهل فوقع في قلبي ونفسي حلاوة لذالك بعد مدة فاخبرت خالي بذالك Sahl at Tustari berkata, “Kemudian muncullah dalam hati dan jiwaku manisnya ucapan tersebut setelah beberapa waktu, kemudian aku memberitakan hal itu kepada pamanku” FAIDAH Asal pendidikan ibadah adalah memaksa diri untuk melakukannya. Begitu juga ketika mendidik anak puasa atau sholat atau kebaikan lainnya. Dengan sabar kita mengajarkan secara bertahap hingga anak-anak kita mampu menikmati ibadah atau kebaikan yang mereka lakukan. فقال لي خالي يا سهل من الله معه وناظر اليه، وشاهد عليه كيف يعصيه؟ اياك ان تعصي الله تعالى. Kemudian pamanku berkata kepadaku, “Wahai Sahl, barangsiapa yang merasa Allah bersamanya, melihatnya, dan menjadi saksi atasnya, bagaimana ia bisa bermaksiat kepada-Nya? Jauhilah maksiat kepada Allah!” FAIDAH 1. Perhatikan bagaimana Muhamad ibn as Sawwar tidak perlu menjelaskan secara rinci dalil dan teori di balik perintah beliau kepada Sahl kecil. Setelah Sahl melakukan dan merasakan manfaatnya, maka beliau menjelaskan alasan mengapa memerintahkan Sahl mengerjakan suatu amalan tadi. 2. Islam memiliki harta karun luar biasa dalam pendidikan. Metode mengajar Muhammad ibn Sawwar ini adalah metode yang luar biasa dan efektif untuk anak usia 3 tahun. Sayang sekali kita lebih suka metode barat daripada menggali khazanah metode pendidikan para ulama kita yang terbukti menghasilkan generasi emas Islam dimasa lalu REFERENSI Anbau nujabail abnai karya Imam al Hafizh Ibnu Zhofar al Makki ash Shiqli (wafat 565 h) Semoga Allah menambah manfaatnya untuk kaum muslimin Diselesaikan di Rumah Ibunda, Joyoraharjo, Merjosari, Malang 13 Robiul Awwal 1441 (10 November 2019) Abu Ahmad Ricki Kurniawan

Parenting Islam

Cara Menanamkan Nilai Tauhid Pada Anak Kecil: Materi 2. Mentalqin Kalimat Ringkas

? “Suatu hari fatimah mengikuti kuliah tentang ilmu kalam disuatu Universitas Islam. Ilmu kalam ini adalah mata kuliah wajib yang harus dipelajari oleh setiap mahasiswa yang kuliah di Universitas Islam tersebut. Ketika mendengar kata ilmu kalam, Fatimah mengernyitkan dahinya. “Aduh…., aku inget dulu ketika SD, aku pernah diajarkan oleh ustadz, tentang kelirunya ilmu kalam. Sampai-sampai orang yang senang dengan ilmu kalam terjatuh dalam kesalahan fatal. Mereka mengatakan bahwa “al Qur’an adalah makhluk”, mereka mengatakan, “Allah tidak diatas ‘arsy”. Muncullah resistansi dan benteng aqidah dalam dirinya. Setelah mendengar dosennya mengungkapkan kata, “al Qur’an adalah makhluk” dan ia mengatakan bahwa orang indonesia bermadzhab syafi’i juga meyakini hal yang sama, dengan segera Fatimah bertanya, Maaf ustadz, saya pernah belajar, Imam Muzani, murid besar Imam Syafi’i yang wafat 264 H pernah mengatakan dalam buku beliau “Syarhus Sunnah” القرآن كلام الله عزا وجلا ومن لدنه ليس بمخلوق فيبيد ” Al Qur’an adalah kalamullah ‘azza wa jalla. Al Qur’an adalah dari Allah dan bukan makhluk. (Jika al Qur’an adalah makhluk) maka ia akan binasa” Kemudian Fatimahpun mengutarakan dalil dalil bahwa al Qur’an bukan makhluk berdasarkan hafalan yang diperolehnya sejak SD. Kemudian ketika sang dosen mengatakan “Allah tidak diatas ‘Arsy”, dan ini adalah “keyakinan madzhab Syafi’i dan Asy’ariy”, kembali Fatimah bertanya, Maaf ustadz, Imam al Muzani berbicara didua tempat dengan lafazh mirip tentang hal ini. Pertama, عال على عرشه وهو دان بعلمه من خلقه “(Allah) tinggi diatas ‘arsy, dan Dia dekat dengan makhluknya dengan ilmu-Nya” Kedua, عال على عرشه وهو بائن من خلقه “(Allah) tinggi diatas ‘arsy, dan Dia terpisah dari Makhluk-Nya” Kemudian ia pun mengutarakan dalil dalil tentang Allah adalah diatas ‘Arsy Tercenganglah sang dosen, karena kuatnya dalil fatimah. Ia terdiam, menutup pelajarannya, dan tidak jadi menerangkan tentang aqidahnya yang keliru tentang al Qur’an dan Allah dimana. Akhirnya Fatimah dan teman-temannya selamat dari syubhat aqidah yang ingin dihembuskan dosen tersebut” ? Kisah ringkas ini menunjukkan fatimah mengingat kembali pelajaran aqidah yang telah dijarkan oleh guru SDnya. Ia mengingat kalimat ringkas tentang ilmu aqidah yang telah ditalqinkan oleh gurunya ketika SD. Talqin kalimat ringkas yang mengandung makna aqidah tauhid adalah metode nabawi. Seorang anak tumbuh dengan kemampuan menghafal kata dan kalimat secara alami. Mereka menghafal apapun yang disuguhkan pada mereka di masa awal pertumbuhan mereka walaupun mereka tidak memahami apa yang mereka sedang menghafal. ? Coba perhatikan ketika seorang anak dengan seksama mendengar ucapan orang disekitarnya. Ia akan menghafal ucapan-ucapan yang disampaikan kepadanya. Seorang bayi yang jarang diajak bicara, maka akan memiliki pertumbuhan bahasa yang terlambat. Karena itu, penting bagi orang tua selalu mengajak bicara bayinya. Walau mereka tidak faham apa yang diucapkan orang tuanya. Bayi akan cepat menghafal pilihan kosakata dari ibu dan orang sekitarnya. Sungguh indah apa yang diutarakan oleh Imam Ghozali rohimahulloh tentang metode terbaik untuk mengajarkan ilmu aqidah, اعلم أن ما ذكرناه في ترجمة العقيدة؛ ينبغي أن يقدم إلى الصبي في أول نشوئه، ليحفظه حفظا؛ ثم لا يزال ينكشف له معناه في كبره شيئا فشيئا، فابتداؤه الحفظ؛ ثم الفهم؛ ثم الاعتقاد والإيقان والتصديق به، “Ketahuilah, apa yang kami sebutkan tentang penjelasan ‘aqidah, hendaknya dipersembahkan kepada anak di awal-awal masa pertumbuhanya agar ia MENGHAFALNYA DENGAN KUAT. Kemudian makna-maknanya akan senantiasa tersingkap di masa dewasanya sedikit-demi sedikit. Maka mulailah dengan hafalan, kemudian pemahaman, kemudian keyakinan, dan pembenaran dengan ‘aqidah itu.” (Ihya’ ‘Ulumuddin, Imam Ghozali, halaman 94) Karena hal inilah, banyak diantara para ulama menulis buku-buku matan dalam masalah ‘aqidah dalam bentuk ringkas, dan dengan kalimat indah yang mudah dihafal. Bagaimana dengan nabi kita shalallahu’alaihi wa sallam , apakah beliau shalallahu’alaihi wa sallam juga menggunakan metode ini untuk mengajarkan aqidah kepada anak kecil? ? Hadits Pertama Dari Ibnu Abbas كنت خلف النبي صلى الله عليه وآله وسلم يوما فقال يا غلام إني أعلمك كلمات : إحفظ الله يحفظك إحفظ الله تجده تجاهك إذا سألت فاسأل الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشئ لم ينفعوك إلا بشئ قد كتبه الله لك وإن اجتمعوا على أن يضروك بشئ لم يضروك إلا بشئ قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف ] رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح “Dari Abul ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas rodhiyallahu’anhumaa, beliau berkata: “Dahulu aku pernah berada di bonceng dibelakang nabi shalallahu’alaihi wa salam pada suatu hari. Kemudian beliau bersabda, :”Wahai anak, aku akan mengajarkanmu beberapa kata: (1) Jagalah Allah maka Ia akan menjagamu, (2) Jagalah Allah maka engkau akan mendapatiNya selalu dihadapanmu, (3) Jika kamu meminta sesuatu, mintalah kepada Allah, (4) Jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah, (5) Ketahuilah, jika sekelompok orang berkumpul untuk memberikanmu dengan suatu manfaat, mereka tidak akan mampu memberimu manfaat dengan sesuatu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis Allah akan kamu dapatkan. (6) Jika mereka berkumpul untuk memberimu kemudhorotan dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberimu suatu kemudhorotan kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis Allah akan menimpamu.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, beliau berkata hadits Hasan Shohih) Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata, وكانت وصيته ﷺ له وصية عقدية عظيمة تضمنت في كلماتها ومعانيها أصول التو حيد والآداب. Wasiat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas adalah wasiat ‘aqidah yang agung yang terkandung dalam kata-katanya dan makna-maknya pokok-pokok ilmu tauhid dan adab (Ta’zhimut Tauhid fii Nufuusi ash Shighor, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad as Sadhan, Halaman 7) ? Hadits Kedua Dari Abu Rofi’ رأيت رسول الله ﷺ أذن في أذن الحسن بن علي حين ولدته فاطمة “Aku melihat Rosulullah shalallah ‘alaihi wa sallam adzan di telinga hasan bin ‘Ali tatkala Fatimah melahirkannya” (Hadits Riwayat Tirmidzi, beliau berkata hadits Hasan Shohih) Imam Ibnul Qoyyim berkata, وسر التأذين أن يكون أول ما يقرع سمع الإنسان كلماته المتضمنة الكبرياء الرب وعظمته، والشهادة التي أول ما يدخل بها في الإسلام، فكان ذلك كالتلقين له شعار الإسلام عند دخوله إلى الدنيا كما يلقن كلمة التوحيد عند خروجه منها Rahasia (manfaat) pengucapan adzan adalah menjadikan hal pertama yang mengetuk pendengaran manusia berupa kata-kata yang mengandung kebesaran dan keagungan Robb. Begitu juga syahadat menjadi hal pertama yang dengan kalimat ini manusia masuk kedalam islam. Hal ini seperti mentalqin syi’ar islam tatkala seorang anak masuk ke alam dunia sebagaimana talqin kalimat tauhid tatkala manusia keluar dari

Parenting Islam

Cara Menanamkan Nilai Tauhid Pada Anak Kecil: Materi 1. Mengambil Faidah Dari Hadits Ibnu Abbas

Nabi kita muhammad shalallahu’alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat memperhatikan pembinaan generasi masa depan. Beliau shalallahu’alaihi wa sallam sangat memahami pentingnya penanaman iman atau tauhid kepada anak-anak sejak usia dini. Diantara contoh nyata metode beliau shalallahu’alaihi wa sallam menanamkan nilai-nilai iman pada usia anak-anak, dapat kita simak dari hadits Abdulloh bin Abbas rodhiyallahu’anhuma berikut ini, كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا Pada suatu hari, saya pernah (dibonceng) dibelakang Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam فَقَالَ : ” يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ : Kemudian beliau shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: Nak… Aku akan mengajarkanmu beberapa kata احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah berada dihadapanmu إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، Dan jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، Ketahuilah, Jika sekelompok manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberi manfat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka mereka tidak akan mampu mencelakaimu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan menimpamu رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ “. Pena-pena (untuk menulis taqdir) telah diangkat dan lembaran lembaran (untuk menulis taqdir) sudah selesai ditulis (Hadits Riwayat at Tirmidzi no. 2516, Ahmad 2669. Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih) Nasehat Rosululloh Saat Ibnu Abbas Belum Berusia Baligh Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata: ومن شواهد تعظيم التوحيد في نفوس الصغار. وصيته لابن عباس رضي الله تعالى عنهما، وكان عمر ابن عباس آنذاك دون البلوغ. Salah satu diantara dalil yang menunjukkan pengagungan nilai-nilai tauhid pada jiwa anak kecil (yang dilakukan nabi shalallahu’alaihi wa sallam) adalah wasiat beliau kepada ibnu ‘Abbas rodhiyallahu’anhumaa tatkala usia Ibnu Abbas belum baligh Ta’zhimu at Tauhid fi Nufusi ash Shighor, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan  Benar sekali, ketika nabi shalallahu’alaihi wa sallam wafat, usia Ibnu Abbas kurang lebih 10 tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rohimahulloh, Ibnu ‘Abbas rodhiyallaahu’anhumaa berkata, مَاتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ، Rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam wafat tatkala aku anak berusia 10 tahun (Hadits Riwayat Ahmad 2604, shohih) Jadi peristiwa dalam hadits, Ibnu ‘Abbas rodhiyallaahu’anhumaa dibonceng rosululloh shalallahu’alaihi wa sallam adalah ketika Ibnu Abbas belum berusia baligh. Kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata: ففيها الوصاية بحفظ أمر الله امتثالا، ونهيه اجتنابا، وأن من حفظ ذلك حفظه الله، ومن حفظ الله لعبده هدايته من ودلالته إلى ما فيه خيره في دينه ودنياه وآخرته. Dalam hadits ini terdapat wasiat untuk menjaga perintah Allah dengan cara melaksanakannya, dan menjaga larangannya dengan cara menjauhinya. Orang yang menjaga perintah dan laranganNya, maka Allah akan menjaganya. Siapa yang Allah menjaganya maka Allah akan memberikan hidayah dan petunjuk pada sesuatu yang membawa kebaikan agama, dunia dan akherat Ta’zhimu at Tauhid fi Nufusi ash Shighor, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan  Metode Nasehat Untuk Anak Adalah Ringkas dan Mudah Dihafal. Nasehat ke-1: Senantiasa Menjaga Allah Nasehat ini begitu pendek dan ringkas sehingga memudahkan seorang anak yang belum baligh, mampu menghafalnya dengan cepat. Wasiat ini kita temui pada ucapan nabi kita shalallahu’alaihi wa sallam احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati Allah berada dihadapanmu dan ucapan beliau shalallahu’alaihi wa sallam احفظ الله تجده أمامك Jagalah Allah maka engkau akan mendapati Allah selalu didepanmu Nasehat ke-2: Meminta Hanya Kepada Allah Saja Kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata: ثم أوصاه بسؤال الله واستعانته به في تحقيق مطالبه وقضاء حوائجه Kemudian Nabi shalallahu’alaihi wa sallam memberi wasiat untuk meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah untuk mewujudkan apa yang dicari dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Ta’zhimu at Tauhid fi Nufusi ash Shighor, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan  Ini sebagaimana disampaikan nabi kita shalallahu’alaihi wa sallam إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، Dan jika kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah Nasehat ke-3: Takdir Ada Ditangan Allah Kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata: ثم رسخ في نفسه أن المقادير بيد الله تعالى؛ فلن يصيبك نفع أو ضر إلا ما كتب لك أو عليك، ومهما اجتمع الخلق وأرادوا أمرا – لك أو عليك ـ فلن يكون إلا ما كتب لك. Kemudian menanamkan dalam jiwa ibnu Abbas bahwa takdir ada ditangan Allah. Manfaat atau mudhorot tidak akan pernah menimpa anda kecuali apa yang telah ditulis akan ada dapatkan atau akan menimpa anda. Walaupun makhluk berkumpul dan menginginkan suatu perkara yang bisa memberi manfaat atau memberi musibah kepada anda, maka tidak akan menimpa anda kecuali apa yang telah ditakdirkan . Ta’zhimu at Tauhid fi Nufusi ash Shighor, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan  Faidah ini sebagaimana disabdakan nabi shalallahu’alaihi wa sallam وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، Ketahuilah, Jika sekelompok manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak akan mampu memberi manfat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan untukmu وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، Dan jika mereka berkumpul untuk mencelakaimu dengan sesuatu maka merekabtidan akan mampu mencelakaimu kecuali dengan sesuatu yang telah ditakdirkan menimpamu رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ “. Pena-pena (untuk menulis taqdir) telah diangkat dan lembaran lembaran (untuk menulis taqdir) sudah selesai ditulis Nasehat ke-4: Manfaat Mentaati Allah Dalam Keadaan Senang Kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata: أن من لزم طاعة الله تعالى في حال الرخاء فلن يخذله الله في حال الشده Barangsiapa yang melazimkan mentaati Allah tatkala dalam keadaan senang maka Allah tidak akan menelantarkannya tatkala ia dalam keadaan sempit. Ta’zhimu at Tauhid fi Nufusi ash Shighor, Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan  Nasehat ke-5: Kesabaran, dan Perkara Sulit Kemudian Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad as Sadhan berkata kembali menjelaskan kandungan

Scroll to Top